Arab Saudi Rekrut Karyawan Twitter untuk Pantau Oposisi?

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Pemerintah Arab Saudi diduga merekrut karyawan Twitter untuk memantau akun Twitter oposisi dan pengkritik pemerintah. Mereka turut bekerja untuk pemerintah untuk melihat data dan aktifitas akun Twitter tokoh-tokoh yang bersebarangan dengan pemerintah.

Dilansir Telset.id dari Ubergizmo pada Kamis (07/11/2019), informasi ini terungkap lewat sebuah pengaduan di Pengadilan Distrik San Francisco Amerika Serikat.

{Baca juga: Twitter Blokir Akun Bot Terkait Kasus Khashoggi}

Pada pengaduan tersebut terungkap bahwa Arab Saudi telah merekrut beberapa karyawan Twitter untuk melihat data milik ribuan akun Twitter dari kalangan oposisi.

Sebenarnya karyawan Twitter tidak berhak untuk mengakses data pribadi pengguna. Tetapi demi kepentingan Arab Saudi mereka mengakses data pribadi pengguna seperti alamat email, alamat IP, tanggal lahir, dan sebagainya.

Karyawan Twitter yang direkrut tidak bekerja secara sukarela. Arab Saudi memberi upah kepada mereka berupa jam tangan mahal serta gaji puluhan ribu dolar yang disimpan di rekening bank rahasia.

Dalam sebuah pernyataan yang dibuat oleh Twitter, perusahaan enggan menanggapi tuduhan tersebut. Perusahaan yang didirikan Jack Dorsey itu hanya meyakini bahwa mereka memiliki alat yang aman sehingga tidak ada satu pun yang dapat mengakses data pribadi pengguna.

“Kami memahami risiko luar biasa yang dihadapi oleh banyak orang yang menggunakan Twitter untuk berbagi perspektif mereka dengan dunia dan untuk membuat mereka yang berkuasa bertanggung jawab. Kami memiliki alat untuk melindungi privasi mereka dan kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan vital mereka,” tulis Twitter.

{Baca juga: Ada Mata-mata Arab Saudi di Twitter?}

Kasus ini mirip dengan yang terjadi pada Oktober 2018 lalu. Pihak intelijen memperingatkan perusahaan aplikasi media sosial asal AS itu agar mewaspadai karyawannya yang diduga sebagai agen Arab Saudi di akhir tahun 2015 silam.

Ia meminta agar Twitter segera melakukan investigasi terkait isu tersebut. Namun ketika itu pihak perusahaan tidak menemukan bukti jika salah satu karyawannya mengirimkan data khusus ke Arab Saudi, namun mereka sudah memecat karyawan yang terkait pada Desember 2015 lalu. [NM/HBS]

Sumber: Ubergizmo

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI