Apple Kirim 600 Ton iPhone dari India ke AS untuk Hindari Tarif Trump

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Dalam langkah strategis yang jarang terlihat, Apple dikabarkan telah mengirimkan sekitar 600 ton iPhone dari India ke Amerika Serikat (AS) sejak akhir Maret 2025. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi lonjakan tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump. Bagaimana perusahaan teknologi raksasa ini memainkan strategi logistiknya di tengah ketegangan perdagangan global?

Menurut laporan eksklusif Reuters, Apple secara intensif melobi pejabat bea cukai India untuk mempercepat proses ekspor di Bandara Internasional Chennai, Tamil Nadu. Permintaan khusus mereka? Memangkas waktu proses dari standar 30 jam menjadi hanya 6 jam per pengiriman. Sebuah permintaan yang tidak biasa, namun berhasil dipenuhi berkat jaringan pengaruh Apple di kancah global.

Setidaknya enam pesawat kargo dengan kapasitas masing-masing 100 ton telah terbang sejak Maret, termasuk pada pekan pertama April ketika perang tarif resmi berlaku. Meskipun Apple menolak berkomentar, analisis Reuters memperkirakan pengiriman ini setara dengan 1,5 juta unit iPhone – sebuah angka yang menggambarkan skala darurat yang dihadapi perusahaan berbasis di Cupertino ini.

Operasi Kilat di Pabrik Foxconn India

Di balik layar, Apple melakukan segala cara untuk memenuhi target produksi. Dua sumber anonim mengungkapkan bahwa pabrik Foxconn di Chennai – mitra manufaktur utama Apple – terpaksa beroperasi bahkan pada hari Minggu yang biasanya merupakan hari libur. Langkah ekstrem ini bertujuan mencapai target peningkatan produksi sebesar 20 persen.

Pabrik yang tahun lalu memproduksi 20 juta unit iPhone (termasuk seri iPhone 15 dan 16) ini menjadi ujung tombak strategi diversifikasi produksi Apple dari China. Namun, tekanan waktu yang ekstrem memaksa perubahan drastis dalam operasional harian. Baik Foxconn maupun Kementerian Penerbangan India menolak memberikan konfirmasi resmi terkait laporan ini.

Efek Domino ke Perusahaan Teknologi Lain

Kepanikan tidak hanya melanda Apple. Menurut Nikkei Asia, raksasa teknologi seperti Dell, Lenovo, HP, dan Microsoft juga berlomba mengirim produk premium mereka via jalur udara sebelum tarif baru berlaku. Seorang eksekutif pemasok yang bekerja dengan Apple, Microsoft, dan Google mengungkapkan permintaan mendesak untuk pengiriman udara sebanyak mungkin perangkat konsumen.

Ironisnya, hanya sedikit yang bisa memenuhi deadline ketat ini. HP bahkan sempat menginstruksikan pemasok untuk tetap pada rencana pengiriman normal, sebelum akhirnya mengejar ketertinggalan. Situasi ini memunculkan pertanyaan kritis: seberapa siapkah rantai pasokan global menghadapi gejolak kebijakan proteksionis?

Analisis Strategis di Balik Langkah Apple

Pakar logistik global, Prof. Arjun Malhotra dari Indian Institute of Management, menganalisis: “Ini adalah contoh klasik bagaimana perusahaan multinasional merespons risiko politik. Biaya pengiriman udara yang mahal tetap lebih murah dibanding kenaikan tarif 25-30%.”

Faktanya, perhitungan kasar menunjukkan biaya pengiriman udara untuk 600 ton kargo diperkirakan mencapai $6-8 juta – masih lebih rendah daripada potensi kerugian $150 juta jika tarif Trump diterapkan penuh. Sebuah keputusan bisnis yang meskipun mahal, tetap rasional dalam kalkulasi jangka pendek.

Langkah Apple ini juga menandai babak baru dalam relokasi rantai pasokan dari China. India, dengan insentif pemerintah dan tenaga kerja murah, perlahan menjadi alternatif menarik meskipun kapasitas produksinya masih jauh di bawah China. Pertanyaannya kini: apakah ini sekadar strategi darurat, atau awal dari transformasi geopolitik industri teknologi dunia?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI