JAKARTA – PT Anabatic Technologies, salah satu perusahaan besar di bisnis teknologi informasi Indonesia, hingga tahun 2015 ini berhasil meraih pertumbuhan bisnis sesuai target. Pencapaian kinerja perusahaan itu tampak dari aspek pertumbuhan revenue maupun jumlah bidang bisnis yang berhasil dikembangkan. Setidaknya hal itu bila mengacu pada data riset dari IDC bahwa rata-rata pertumbuhan belanja TI (IT spending) di Asia Pacific tahun 2014 lalu yang besar 5,8 % dan tahun 2015 dikalkukasi 6%. “Kami tiap tahun selalu tumbuh diatas rata-rata pertumbuhan industri,” jelas Handoko A. Tanuadji, Chairman dan pendiri PT Anabatic Technologies pada keterangan yang diterima redaksi Rabu (27/5/2015).
Berkat pesatnya pertumbuhan bisnis dalam 5 tahun terakhir, Anabatic kini telah masuk dalam Big Five group perusahan TI di Indonesia. Secara total jumlah karyawan Anabatic Group mendekati1.500 orang dengan aset sudah diatas Rp 1,5 triliun. “Kami fokus mengembangkan bidang TI yang menjadi keungggulan dan kompetisi kami sendiri, dengan memaksimalkan value added services,” Handoko Tanuadji menjelaskan strateginya.
Sementara itu, Handojo Sucipto, Managing Director Anabatic Group menambahkan, pencapaian itu tak lepas dari kinerja unit-unit bisnis yang tumbuh sesuai rencana (on the track). Anabatic memiliki empat unit bisnis utama, yakni sistem integration, value added distribution, IT outsourcing, dan business process outsourcing. Di bisnis sistemintegrasi, Anabatic dikenal sebagai salah satu pemain besar dalam penyediaan dan implementasi aplikasi inti di dunia perbankan (core banking system). “Sudah banyak bank besar di Indonesia yang menggunakan solusi aplikasi kami, baik untuk core banking system maupun modul-modul aplikasi pendukung,” jelas Handojo. Untuk memperkuat pelayanan terhadap sektor perbankan dimana keamanan sistem merupakan hal kritikal, Anabatic Group juga sudah menyediakan jasa cyber security yang dikelola dibawah PT Q2 Technologies.
Sedangkan divisi business process oursourcing, dijalankan anak usaha Anabatic, PT Karyaputra Suryagemilang (KPSG). Beberapa jasa yang disediakan KPSG antara lain outsourcing untuk contact center, call center, human resources services, IT managed services, digital marketing, payroll processing, dan telemarketing. “Kita juga sedang mengarahkan pengembangan ke cloud dan data center,” ungkap Handojo. Kemudian, di bisnis distributor hardware TI, Anabatic Group punya anak usaha PT Computrade Technologies International (CTI) yang saat ini dipercaya mendistribusikan sederet merek global seperti IBM, Microsoft, Oracle, Sun Microsystem, HP, EMC dan Huawei. Kemudian, untuk bisnis jasa IT outsourcing, dijalankan anak usahanya yang lain, PT Aristi Jasadata.
Didirikan Handoko A. Tanuadji dan kawan-kawan pada 3 Juni 2002, Anabatic dimulai hanya dengan 7 orang sebelum akhirnya berkembang hingga memperkerjakan 1.500 karyawan seperti saat ini. Anabatic dimulai dari cita-cita Handoko untuk membangun perusahaan TI yang kuat di Indonesia karena selama ini perusahaan-perusahaan TI di Indonesia cenderung masih kalah jauh dari perusahaan-perusahaan India yang bahkan bisa memperkerjakan puluhan ribu karyawan. Untuk itulah, sejak awal berdiri, Anabatic berani mengajak SDM-SDM terbaik di industri TI untuk bergabung dan merealisasikan visinya. Pengelola Anabatic sangat optimis, kedepan prospek bisnisnya akan cerah seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk sektor perbankan.
Berdasarkan data IDC, meski tertekan faktor inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah, pertumbuhan belanja TI (IT spending) Indonesia tetap yang terbesar dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. Tahun 2014 lalu, total belanja TI di Indonesia diperkirakan tak kurang dari USD 14 miliar. Sementara itu, di pasar TI korporat (IT enterprise) dimana Anabatic Group banyak berbisnis, peluang pertumbuhan juga masih terbuka lebar. Sesuai data Gartner, Enterprise IT Spending di Asia Tenggara tahun 2018 sudah akan menyentuh USD 62 miliar, 80% diantara pangsa itu akan disumbang pasar Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pada tahun 2015 ini, masih menurut Gartner, total belanja TI enterprise di keempat negara itu, diprediksi tak kurang dari USD 52 miliar. (MS)