Telset.id, Jakarta – Kepala pejabat teknologi Amerika Serikat (AS), Michael Kratsios, mengkritik negara-negara yang membuka diri dengan China, dalam hal ini untuk jaringan 5G serta sistem Artificial Intelligence atau AI. Secara spesifik, ia menunjuk raksasa teknologi asal China, Huawei.
Ia secara tegas mengatakan bahwa perusahaan China tidak bisa dipercaya. Sebab, undang-undang setempat memaksa mereka untuk bekerja sama dengan badan intelijen negara.
Di Lisbon, Kratsios mengatakan, Eropa harus mengambil sikap sama seperti Amerika, yang memberlakukan kontrol ekspor terhadap perusahaan China itu per Mei 2019. Ia mendesak negara-negara Eropa untuk tidak ikut embargo Huawei.
{Baca juga: Kena Tipu! Militer AS Beli Barang “Abal-abal” dari China}
“Kita mungkin tidak melihat secara langsung ke setiap aspek kebijakan teknologi. Namun, kita sepakat kepada prinsip-prinsip paling penting,” kata Kratsios, seperti dikutip Telset.id dari Reuters, Jumat (08/11/2019) di Lisbon.
Perusahaan-perusahaan Eropa tampaknya bergeming oleh kekhawatiran AS. Dari 65 kesepakatan komersial yang telah ditandatangani Huawei, setengahnya merupakan pelanggan asal Eropa. Mereka pun sepakat untuk membangun jaringan 5G.
{Baca juga: Huawei Belum Bicara Lisensi 5G dengan Perusahaan AS}
Kratsios lantas bertemu dengan kepala antimonopoli Eropa, Margrethe Vestager untuk membahas persoalan digital. Dalam pidatonya, Kratsios mengulangi tuduhan yang diterbitkan oleh Le Monde pada tahun lalu.
Ia mengungkapkan, China telah mentransfer data dari kantor pusat Uni Afrika di Addis Ababa ke China selama lima tahun menggunakan peralatan IT milik Huawei. Huawei pun merespons, menyebut Kratsios berkomentar ngawur.
Sebelumnya diberitakan, Huawei belum berbicara dengan perusahaan Amerika Serikat terkait proposal lisensi 5G untuk meredakan kekhawatiran tentang keamanan platform dengan melisensikan teknologi jaringan 5G. Hal tersebut ditegaskan langsung oleh pendiri sekaligus CEO Huawei, Ren Zhengfei.
Menurut seorang eksekutif Huawei, perusahaan sedang melakukan pembicaraan awal dengan beberapa perusahaan telekomunikasi AS menyoal lisensi teknologi. Namun demikian, ia menyatakan bahwa perusahaan butuh waktu lama untuk menyimpulkannya.
Ide tentang biaya satu kali dalam pertukaran akses ke paten 5G, lisensi, kode, dan pengetahuan Huawei pertama dikemukakan oleh Ren pada September 2019. Tapi, belum jelas apakah ada minat dari perusahaan AS. (SN/FHP)
Sumber: Reuters