Telset.id – Dengan lebih dari 3 miliar pengguna global, WhatsApp tak henti berinovasi. Kini, aplikasi pesan instan besutan Meta tersebut bersiap meluncurkan fitur AI berbasis cloud yang tetap menjaga privasi pengguna. Fitur ini akan menghadirkan kemampuan seperti ringkasan pesan dan alat komposisi pesan, tanpa mengorbankan keamanan end-to-end encryption yang menjadi ciri khas WhatsApp.
Meta, induk perusahaan WhatsApp, telah lama mengintegrasikan fitur AI berbasis model bahasa besar (LLM) open-source mereka, Llama, ke dalam berbagai layanannya. WhatsApp sendiri sudah memiliki asisten AI Meta yang bisa diakses melalui ikon lingkaran biru muda. Namun, banyak pengguna yang merasa kurang nyaman karena interaksi dengan asisten AI tersebut tidak dilindungi oleh enkripsi end-to-end seperti halnya obrolan biasa di WhatsApp.
Private Processing: Solusi Privasi untuk AI di WhatsApp
Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, WhatsApp memperkenalkan fitur baru bernama Private Processing. Fitur ini dirancang sebagai platform khusus yang memproses data untuk tugas-tugas AI tanpa memberikan akses informasi tersebut kepada Meta, WhatsApp, atau pihak ketiga mana pun. Chris Rohlf, Direktur Teknik Keamanan Meta, menjelaskan bahwa WhatsApp memiliki model ancaman yang sudah dipahami dengan baik karena menjadi target berbagai peneliti dan aktor ancaman.
“Ini bukan hanya tentang memperluas model ancaman dan memastikan privasi serta keamanan terpenuhi, tetapi juga tentang pertimbangan cermat terhadap pengalaman pengguna dan membuat fitur ini bersifat opsional,” ujar Rohlf. Pengguna dapat memilih untuk menggunakan fitur AI WhatsApp atau tidak. Selain itu, mereka juga bisa mencegah orang lain dalam obrolan grup menggunakan fitur AI dengan mengaktifkan kontrol baru bernama Advanced Chat Privacy.
Baca Juga:
Bagaimana Private Processing Bekerja?
Private Processing dibangun dengan perangkat keras khusus yang mengisolasi data sensitif dalam Trusted Execution Environment (TEE), sebuah area terpisah dan terkunci dalam prosesor. Sistem ini dirancang untuk memproses dan menyimpan data dalam waktu sesingkat mungkin. Jika ada upaya peretasan atau manipulasi, sistem akan langsung berhenti bekerja dan mengirimkan peringatan.
WhatsApp juga telah mengundang audit pihak ketiga untuk memeriksa komponen-komponen sistem ini. Selain itu, mereka berencana untuk membuat komponen Private Processing menjadi open-source, sehingga komunitas keamanan dapat memverifikasi jaminan privasi dan keamanannya. Langkah ini mirip dengan yang dilakukan Apple dengan Private Cloud Compute untuk platform AI mereka, Apple Intelligence.
Namun, ada perbedaan mendasar antara pendekatan Apple dan WhatsApp. Apple Intelligence dirancang untuk melakukan sebanyak mungkin pemrosesan AI di perangkat (on-device) dan hanya mengirim permintaan ke infrastruktur cloud ketika diperlukan. Sementara itu, WhatsApp memilih pendekatan berbasis cloud karena keterbatasan perangkat keras yang digunakan oleh penggunanya yang beragam, mulai dari ponsel kelas rendah hingga flagship.
Risiko dan Tantangan ke Depan
Meskipun WhatsApp mengklaim telah merancang Private Processing dengan sangat aman, para ahli kriptografi seperti Matt Green dari Johns Hopkins University mengingatkan bahwa fitur ini tetap membawa risiko. “Setiap sistem end-to-end encrypted yang menggunakan inferensi AI di luar perangkat akan lebih berisiko daripada sistem murni end-to-end,” kata Green.
WhatsApp berencana untuk terus mengembangkan fitur AI mereka di masa depan, termasuk kemampuan yang lebih kompleks yang mungkin melibatkan pemrosesan dan penyimpanan lebih banyak data. Namun, hal ini juga berarti bahwa server Private Processing akan menjadi target empuk bagi peretas dan aktor negara.
Will Cathcart, Kepala WhatsApp, menegaskan bahwa fitur AI adalah sesuatu yang diharapkan oleh pengguna. “Kami pikir membangun cara pribadi untuk melakukannya sangat penting karena orang tidak harus beralih ke platform yang kurang aman hanya untuk mendapatkan fungsi yang mereka butuhkan,” ujarnya.
Dengan hadirnya fitur AI ini, WhatsApp berusaha menyeimbangkan antara inovasi dan keamanan. Namun, apakah pengguna akan sepenuhnya percaya? Jawabannya mungkin akan terlihat dalam beberapa minggu ke depan ketika fitur ini mulai diluncurkan.