Pernahkah Anda membayangkan dunia di mana kecerdasan buatan (AI) tidak lagi didominasi oleh dua raksasa teknologi seperti OpenAI dan Google? Tiga tahun setelah ChatGPT meledak, lanskap AI telah berubah drastis. Laporan terbaru dari Stanford University’s Institute for Human-Centered AI (HAI) mengungkapkan bahwa persaingan global dalam pengembangan AI kini lebih sengit dan beragam daripada sebelumnya.
Dulu, hanya dua perusahaan AS—OpenAI dan Google—yang memimpin dengan teknologi AI mutakhir. Kini, gelombang baru pemain dari berbagai belahan dunia, termasuk China, Eropa, dan Timur Tengah, mulai menantang dominasi mereka. Laporan HAI 2025 menunjukkan bahwa AI tidak lagi menjadi perlombaan dua kuda, melainkan pertarungan global yang melibatkan puluhan perusahaan berbakat.
Bagaimana perkembangan ini memengaruhi masa depan teknologi? Mari kita telusuri lebih dalam.
OpenAI dan Google Masih Memimpin, Tapi Saingan Baru Bermunculan
Menurut laporan Stanford HAI, OpenAI dan Google masih unggul dalam pengembangan AI canggih. Namun, jarak mereka dengan pesaing semakin tipis. Di AS, Meta dengan model Llama-nya, Anthropic (didirikan mantan karyawan OpenAI), dan xAI milik Elon Musk menjadi ancaman serius.
Yang lebih mengejutkan, model terbaru dari China, DeepSeek-R1, disebut-sebut mendekati performa model terbaik AS berdasarkan benchmark LMSYS. “Ini menciptakan ruang yang menarik. Bagus bahwa model-model ini tidak lagi dikembangkan hanya oleh segelintir orang di Silicon Valley,” ujar Vanessa Parli, Direktur Penelitian di HAI.
Bangkitnya Kekuatan AI China
Kemunculan DeepSeek-R1 pada Januari lalu mengguncang industri teknologi AS. Yang membuatnya istimewa, perusahaan China ini mengklaim berhasil membangun model dengan komputasi jauh lebih sedikit dibandingkan rival AS. Padahal, pemerintah AS telah berusaha membatasi akses China ke chip komputer canggih untuk pengembangan AI.
Laporan Stanford menunjukkan bahwa secara keseluruhan, AI China terus menanjak. Model-model dari perusahaan China kini memiliki skor setara dengan model AS dalam benchmark LMSYS. China juga unggul dalam jumlah makalah penelitian dan paten terkait AI, meski kualitasnya belum tentu sebanding. AS masih memimpin dalam produksi model AI unggulan—40 model dibandingkan 15 dari China dan 3 dari Eropa.
Era Model “Open Weight” dan Efisiensi yang Meningkat
Tren menarik lainnya adalah munculnya model AI “open weight”—model yang bisa diunduh dan dimodifikasi gratis. Meta mempelopori tren ini dengan Llama, sementara DeepSeek dan Mistral (Perancis) juga mengikuti jejaknya. Bahkan OpenAI berencana merilis model open source pertamanya sejak GPT-2 musim panas ini.
Laporan ini juga mencatat peningkatan efisiensi hardware AI sebesar 40% dalam setahun terakhir, yang menurunkan biaya operasional dan memungkinkan model canggih dijalankan di perangkat pribadi. Namun, sebagian besar model mutakhir (60,7%) masih bersifat tertutup.
Dampak Luas AI dan Tantangan ke Depan
Permintaan akan tenaga kerja dengan keahlian machine learning melonjak, sementara investasi swasta mencapai rekor $150,8 miliar pada 2024. Di sisi lain, insiden penyalahgunaan AI juga meningkat, diiringi riset untuk membuat model lebih aman.
Yang paling menarik, beberapa model AI kini telah melampaui kemampuan manusia dalam tugas-tugas spesifik seperti klasifikasi gambar dan penalaran matematika. Ini menunjukkan seberapa cepat teknologi ini berkembang—dan seberapa sengit persaingan global di masa depan.