Pernahkah Anda merasa setiap iklan di internet tahu terlalu banyak tentang diri Anda? Sejak era digital melesat, perusahaan teknologi terus mencari cara baru untuk mengumpulkan data pengguna—dan kini, kecerdasan buatan (AI) menjadi senjata terbaru mereka. Perplexity, perusahaan AI yang sedang naik daun, baru saja mengumumkan rencana peluncuran browser berbasis AI bernama Comet. Bedanya, browser ini diklaim akan melacak aktivitas pengguna lebih dalam dari sebelumnya.
Dalam wawancara podcast YouTube pekan lalu, CEO Perplexity Aravind Srinivas mengungkap ambisi kontroversialnya: “Kami ingin memahami pengguna sedalam mungkin, bahkan di luar aplikasi kami.” Pernyataan ini langsung memantik kekhawatiran privasi. Srinivas menjelaskan bahwa dengan data yang lebih personal, Comet bisa menampilkan iklan “super relevan” yang dioptimalkan secara hiper-personal—sebuah model bisnis yang ia yakini akan menarik brand besar untuk membayar mahal.
Dari Hotel hingga Restoran: Apa Saja yang Dilacak Comet?
Srinivas tidak sekadar ingin tahu situs yang Anda kunjungi. Ia menyebutkan contoh konkret: “Hotel apa yang Anda pesan, restoran favorit, bahkan kebiasaan belanja online.” Pendekatan ini mirip dengan praktik Facebook dan Google yang pernah ketahuan mengumpulkan data pengguna tanpa izin—sebuah skandal yang masih berlanjut hingga kini. Bedanya, Comet mengklaim bisa melakukan ini dengan presisi AI yang lebih canggih.
Meski Perplexity menegaskan mereka tidak “menjual” data sesuai definisi California Consumer Privacy Act (CCPA), kebijakan privasi Comet mengizinkan pembagian informasi pribadi ke advertiser dan mitra bisnis. Seperti diungkapkan dalam studi FTC tentang pengawasan data, celah hukum semacam ini sering dimanfaatkan untuk monetisasi terselubung.
Baca Juga:
Pasar Browser AI: Pertarungan Sengit Melawan Google
Comet bukan satu-satunya pemain di arena ini. Google—yang baru saja dinyatakan sebagai monopoli oleh pengadilan federal—menghadapi tekanan dari OpenAI yang bersiap merilis browser AI sendiri. Ada pula proyek seperti Dia oleh The Browser Company dan Wavebox, yang menawarkan alternatif berbasis AI. Namun, seperti diungkapkan dalam analisis fitur pelacakan mata Honor, teknologi pelacakan mutakhir selalu berpotensi disalahgunakan.
Pertanyaannya: apakah pengguna siap menukar privasi mereka dengan iklan yang “lebih relevan”? Atau seperti kata Srinivas, ini hanya soal kepercayaan—asal perusahaan bisa memberikan nilai tambah? Jawabannya mungkin terletak pada seberapa transparan Perplexity dalam mengelola data miliaran pengguna potensial.
Dengan maraknya isu interoperabilitas data di sektor kesehatan, contoh Comet menjadi pengingat: perlindungan data pribadi adalah pertarungan yang belum usai. Dan kali ini, AI-lah yang memegang senjata.