OpenAI vs Elon Musk: Perang Dingin di Dunia AI Makin Memanas

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Pernahkah Anda membayangkan pertarungan sengit antara dua raksasa teknologi yang sama-sama ingin menguasai masa depan kecerdasan buatan? Itulah yang sedang terjadi antara OpenAI, sang pembuat ChatGPT, dan Elon Musk, miliarder yang pernah menjadi salah satu pendirinya. Konflik ini bukan sekadar perselisihan bisnis biasa, melainkan perang ideologi tentang bagaimana AI seharusnya dikembangkan untuk umat manusia.

Bermula dari visi bersama pada 2015, OpenAI dan Musk dulu bersatu untuk menciptakan artificial general intelligence (AGI) yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Namun, jalan mereka berpisah ketika Musk mengundurkan diri pada 2018. Kini, pertikaian itu mencapai puncaknya dengan saling gugat dan tuduhan tidak sedap dari kedua belah pihak.

Yang terbaru, OpenAI secara terbuka menuduh Musk menggunakan taktik kotor untuk melemahkan perusahaan mereka. Melalui akun resmi @OpenAINewsroom di platform X (sebelumnya Twitter), OpenAI menyatakan bahwa serangan terus-menerus dari Musk merupakan bagian dari strategi untuk memperlambat inovasi mereka dan menguasai teknologi AI demi keuntungan pribadi.

Gugatan Balik OpenAI: Musk Dituding Ingin Monopoli AI

Dalam dokumen pengadilan yang diajukan awal April 2025, pengacara OpenAI menyebut tindakan Musk sebagai upaya yang tidak adil dan melanggar hukum. “Musk harus dihentikan agar tidak melakukan tindakan melawan hukum lainnya di masa depan, dan harus bertanggung jawab atas semua kerusakan yang ia sebabkan,” bunyi pernyataan resmi OpenAI.

Gugatan ini merupakan respons terhadap serangkaian tindakan Musk yang dimulai sejak 2024. Awalnya, bos Tesla dan SpaceX itu menggugat OpenAI dengan alasan perusahaan telah menyimpang dari misi awalnya sebagai organisasi nirlaba yang fokus pada pengembangan AGI untuk kemanusiaan. Musk kemudian menarik gugatan tersebut pada Juni 2024, hanya untuk mengajukan gugatan baru dua bulan kemudian.

Tawaran Rp1.582 Triliun yang Ditolak Mentah-Mentah

Puncak ketegangan terjadi awal 2025 ketika Musk menawarkan untuk membeli OpenAI dengan nilai fantastis: USD 97,4 miliar atau sekitar Rp1.582 triliun (kurs Rp16.250 per dolar AS). Dalam tawarannya, Musk menyatakan sudah waktunya OpenAI kembali menjadi open source dan berfokus pada tujuan awalnya.

Namun, dewan direksi OpenAI menolak tawaran tersebut dengan keras. Menurut laporan The Verge yang dikutip detikINET, para direksi menyebut penawaran Musk sebagai “tidak tahu malu”. Penolakan ini semakin memanaskan situasi, dengan Musk kemudian meningkatkan serangannya melalui media sosial dan wawancara.

Jadwal Sidang yang Masih Jauh

Gugatan terbaru OpenAI terhadap Musk dijadwalkan mulai disidangkan pada musim semi 2026. Artinya, dunia mungkin harus menunggu hampir setahun lagi sebelum melihat bagaimana pengadilan akan memutuskan kasus rumit ini.

Sementara itu, pertarungan di luar pengadilan terus berlanjut. OpenAI baru-baru ini mempublikasikan postingan berjudul “Elon Musk menginginkan OpenAI yang mengambil keuntungan”, yang secara jelas menunjukkan ketegangan antara kedua belah pihak.

Pertanyaannya sekarang: apakah pertikaian ini akan berakhir dengan salah satu pihak menang mutlak, atau justru merugikan perkembangan AI secara keseluruhan? Yang pasti, perang dingin antara OpenAI dan Elon Musk telah menjadi salah satu drama terbesar di dunia teknologi dekade ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI