Telset.id – Intel Corporation, raksasa chip yang sempat menjadi penguasa pasar prosesor, kini memutar haluan strategis dengan meninggalkan strategi akuisisi dan memilih mengembangkan chip AI secara mandiri. Langkah ini diambil untuk menghadapi dominasi NVIDIA di pasar AI yang terus menguat.
Dalam konferensi pers kuartal pertamanya sebagai CEO, Lip-Bu Tan mengungkapkan bahwa Intel tidak akan mencari solusi instan melalui akuisisi besar-besaran seperti sebelumnya. “Ini bukan perbaikan cepat,” tegas Tan, menegaskan komitmen Intel untuk membangun teknologi AI dari dalam melalui penguatan tim riset dan pengembangan internal.
Mengapa Intel Berubah Haluan?
Selama beberapa tahun terakhir, Intel dikenal sebagai perusahaan yang gemar mengakuisisi startup chip AI. Mulai dari Movidius, Mobileye, hingga Habana Labs, semua dibeli dengan harapan bisa mengejar ketertinggalan dari NVIDIA. Namun, hasilnya tidak sesuai harapan. Kecuali Mobileye yang sukses di pasar mobil otonom, akuisisi lainnya gagal memberikan keunggulan kompetitif.
David Zinsner, CFO Intel, mengonfirmasi bahwa perusahaan kini lebih memprioritaskan penguatan neraca keuangan. “Kami perlu memperbaiki struktur keuangan terlebih dahulu,” ujarnya dalam wawancara dengan Reuters. Ini menandakan bahwa era akuisisi besar-besaran telah berakhir, setidaknya untuk sementara waktu.
Baca Juga:
Tantangan Besar Melawan NVIDIA
NVIDIA bukan sekadar pemasok chip AI. Mereka telah membangun ekosistem lengkap, mulai dari perangkat keras, jaringan, hingga perangkat lunak seperti CUDA dan Omniverse. Bahkan, NVIDIA menggunakan teknologi AI dan robotiknya sendiri untuk merancang pabrik baru di AS.
Prosesor Blackwell generasi terbaru NVIDIA sudah diproduksi di fasilitas TSMC di Arizona. Mereka juga membangun “pabrik superkomputer” di Texas melalui kemitraan dengan Foxconn dan Wistron. Dengan dominasi ini, apakah Intel masih punya peluang?
Tan meyakini bahwa Intel bisa bersaing dengan pendekatan holistik. “Kami akan mengoptimalkan produk untuk beban kerja AI yang baru,” katanya. Salah satu strateginya adalah kerja sama dengan TSMC untuk memperkuat lini produksi chip Intel. Kabarnya, TSMC akan mengambil 20% saham di bisnis foundry Intel—bukan dengan modal, melainkan melalui transfer pengetahuan manufaktur.
Masa Depan Intel di Pasar AI
Intel mungkin terlambat, tetapi bukan tidak mungkin mereka bisa bangkit. Dengan fokus pada pengembangan internal dan kolaborasi strategis seperti dengan TSMC, mereka berharap bisa mengejar ketertinggalan. Namun, jalan menuju kesuksesan masih panjang dan penuh tantangan.
Apakah strategi baru Intel ini akan berhasil? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal yang pasti: persaingan antara Intel dan NVIDIA akan semakin panas, dan konsumenlah yang akan menuai manfaatnya.