Telset.id – Startup Halo meluncurkan kacamata pintar Halo X yang merekam dan mencatat semua percakapan pengguna untuk memberikan wawasan berbasis AI. Perangkat ini dirancang untuk meningkatkan kecerdasan pengguna dengan mengingat detail yang terlupakan, mencari fakta secara real-time, dan menjawab pertanyaan sulit. Halo X dipatok dengan harga $249 dan sudah dapat dipesan secara preorder.
AnhPhu Nguyen, salah satu pendiri Halo, menjelaskan bahwa tujuan utama produk ini adalah membuat pengguna menjadi “super cerdas” seketika setelah mengenakannya. “Kacamata ini akan membantu Anda mengetahui segalanya, memiliki semua fakta yang diperlukan, dan berbicara sepuluh kali lebih cerdas,” ujarnya kepada TechCrunch. Konsep ini disebut sebagai “vibe thinking,” istilah yang populer di kalangan tech untuk menggambarkan bantuan AI dalam proses berpikir.
Berbeda dengan produk sejenis seperti kacamata pintar Meta dan Oakley atau Xiaomi AI Glasses, Halo X menonjol karena kemampuannya merekam segala aktivitas pengguna secara terus-menerus. Caine Ardayfio, co-founder lainnya, menyatakan bahwa pendekatan ini memberikan kekuatan lebih besar bagi AI untuk membantu pengguna pada tingkat personal yang hybrid.
Namun, fitur perekaman konstan ini menimbulkan kekhawatiran privasi. Halo X tidak dilengkapi lampu indikator yang memberitahu ketika perangkat sedang merekam, karena memang dirancang untuk selalu aktif. Hal ini berpotensi melanggar hukum di beberapa negara yang melarang perekaman percakapan tanpa izin. Menurut Ardayfio, tanggung jawab untuk mendapatkan persetujuan sepenuhnya berada di tangan pengguna.
Baca Juga:
Nguyen dan Ardayfio sebelumnya dikenal karena memodifikasi kacamata pintar Meta dengan perangkat lunak pengenalan wajah yang dapat mengidentifikasi orang asing dan menampilkan informasi pribadi mereka. Demonstrasi itu menuai kritik karena dilakukan tanpa izin. Kini, mereka yakin konsumen lebih percaya pada startup kecil seperti Halo dibandingkan raksasa teknologi dengan catatan privasi yang buruk.
Meski menjanjikan peningkatan kecerdasan, beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa ketergantungan berlebihan pada AI dapat melemahkan kemampuan berpikir kritis. Sebuah studi dari Microsoft dan Carnegie Mellon menemukan fenomena “cognitive offloading,” di mana keterampilan analitis pengguna menurun seiring meningkatnya ketergantungan pada respons AI. Studi lain mengungkapkan bahwa mahasiswa yang sering menggunakan ChatGPT melaporkan penurunan memori dan nilai akademik.
Peluncuran Halo X terjadi di tengah persaingan sengit dalam pasar kacamata pintar. Perusahaan seperti Meta terus mengembangkan teknologi pengenalan wajah, sementara Apple bersiap merilis produk serupa pada akhir 2026. Halo berharap dapat memimpin tren perekaman digital kehidupan sehari-hari, yang menurut Nguyen akan menjadi norma di masa depan.
Keberhasilan Halo X tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada penerimaan masyarakat terhadap konsep privasi yang terus berubah. Dengan harga yang relatif terjangkau dan janji manfaat besar, produk ini berpotensi mengubah cara orang berinteraksi dengan AI dalam keseharian mereka.