Telset.id – Penggunaan kecerdasan buatan (AI) generatif di kalangan pelajar dan mahasiswa mulai menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pendidik. Sejumlah guru melaporkan penurunan kemampuan kritis siswa akibat ketergantungan pada alat seperti ChatGPT dan Copilot.
Robert W. Gehl, Ketua Riset Tata Kelola Digital untuk Keadilan Sosial di York University, Toronto, menyatakan AI generatif berdampak destruktif bagi proses belajar. “Siswa mendengar larangan menggunakan AI dari dosen, tapi universitas justru bermitra dengan Microsoft atau Google yang mempromosikan Copilot untuk merangkum bacaan,” ujarnya seperti dilaporkan 404 Media.
Seorang guru SMA di Oklahoma menemukan tugas bahasa Spanyol berisi kalimat aneh seperti “This summary meets the requirements of the prompt”. “Mereka bahkan tidak bisa membaca hasil kerja sendiri karena menggunakan AI,” katanya. Kasus serupa terjadi di Philadelphia, dimana siswa diam-diam menggunakan chatbot saat diskusi online.
Dampak Kognitif yang Mengkhawatirkan
Penelitian Microsoft dan Carnegie Mellon membuktikan semakin tinggi ketergantungan pada AI, semakin tumpul kemampuan analisis kritis. Temuan ini sejalan dengan laporan Telset.id sebelumnya tentang dampak mengerikan AI terhadap kecerdasan manusia.
Baca Juga:
Solusi di Tengah Dilema
Ben Prytherch, profesor statistik Colorado State University, menemukan peningkatan signifikan saat beralih ke ujian tertulis di kelas. “Ternyata mereka tetap bisa menulis tanpa AI,” ujarnya. Namun solusi ini tidak menjawab masalah kolaborasi institusi pendidikan dengan raksasa teknologi seperti diungkap dalam artikel Telset.id tentang ekspansi infrastruktur AI Google.
Nathan Schmidt, dosen dan editor Gamers With Glasses, melihat ChatGPT bukan masalah tunggal. “Ini gejala budaya dimana konsumsi pasif dan regurgitasi konten menjadi norma,” katanya. Fenomena ini memperkuat urgensi regulasi ketat AI di sektor pendidikan.