Pernahkah Anda merasa kecewa dengan produk yang dijanjikan revolusioner, tapi ternyata hanya perubahan kecil? Itulah yang dialami banyak pengguna setia OpenAI setelah peluncuran GPT-5 pekan lalu. Alih-alih menjadi lompatan besar menuju AGI (Artificial General Intelligence) seperti yang dijanjikan CEO Sam Altman, model terbaru ini justru menuai kritik pedas karena jawaban yang lebih pendek, kualitas tulisan yang menurun, dan kesalahan dasar yang memalukan—seperti bersikukuh ada tiga huruf B dalam kata “blueberry”.
Reaksi pengguna begitu keras hingga OpenAI terpaksa mengembalikan akses ke GPT-4o, model sebelumnya yang justru dianggap lebih unggul. Keputusan ini memicu spekulasi: apakah GPT-5 benar-benar sebuah kemajuan, atau sekadar strategi penghematan biaya yang dibungkus sebagai inovasi?
Menurut analisis The Register, GPT-5 sejatinya adalah gabungan dua model—satu ringan untuk tugas sederhana dan satu “berotot” untuk pemrosesan kompleks—dengan router otomatis yang memilih di antara keduanya. Sayangnya, sistem ini gagal berfungsi optimal saat peluncuran, membuat GPT-5 terlihat “lebih bodoh”. Meski OpenAI mengklaim telah memperbaikinya, banyak yang curiga ini adalah upaya mengurangi biaya operasional.
Dibalik Layar: Teknologi atau Efisiensi?
GPT-5 bukan model tunggal, melainkan sistem “tag team” yang dirancang untuk mengoptimalkan sumber daya. Model router yang memilih antara versi ringan dan berat ternyata bermasalah, membuat banyak permintaan diarahkan ke versi murah. Altman mengakui hal ini dalam pernyataannya, tapi kerusakan sudah terjadi. Pengguna premium yang terbiasa memilih model manual pun protes.
Bukti lain penghematan biaya terlihat dari kebijakan baru OpenAI: batas 10 pesan/jam untuk pengguna gratis dan tidak adanya peningkatan “context window” (memori AI). Padahal, pengguna Plus—yang membayar $20/bulan—berharap peningkatan kapasitas ini. Sementara itu, tier Pro dengan harga $200/bulan tetap terlalu mahal untuk kebanyakan orang.
Baca Juga:
Reaksi Komunitas: Kekecewaan yang Terlalu Personal
Forum Reddit r/ChatGPT ramai dengan komentar pedas. Salah satu postingan teratas menyebut GPT-5 sebagai “latihan penghematan biaya yang jelas”. Pengguna lain menambahkan, “Mereka menghapus model mahal yang canggih dan menggantinya dengan router otomatis yang mengutamakan biaya rendah. Agar tidak terlihat buruk, mereka membungkusnya sebagai GPT-5 dan mengklaimnya luar biasa.”
Fenomena ini menunjukkan betapa pengguna telah terikat secara emosional dengan karakteristik model lama—meski secara teknis lebih rendah. OpenAI rupanya keliru membaca loyalitas ini, dan kini harus berhadapan dengan kekecewaan yang tidak mudah diatasi.
Tekanan Bisnis di Balik Layar
Spekulasi tentang penghematan biaya bukan tanpa alasan. OpenAI menghadapi persaingan ketat dari perusahaan seperti Google DeepMind dan Anthropic, sementara tekanan untuk menghasilkan profit semakin besar. Valuasi perusahaan yang diprediksi mencapai $500 miliar mengharuskan mereka menemukan cara menghasilkan uang—dan cepat.
Namun, langkah ini berisiko. Dengan klaim 7 keunggulan GPT-5 yang tidak terpenuhi, kepercayaan pengguna bisa terkikis. Apalagi, keputusan untuk menunda peluncuran sebelumnya sudah memicu skeptisisme.
Pelajaran penting di sini: dalam industri AI, kemajuan teknologi harus seimbang dengan ekspektasi pengguna. Jika tidak, yang terjadi bukanlah standing ovation, tapi aksi protes yang memaksa perusahaan mundur.