Telset.id – Ingin situs Anda bebas dari pelatihan model AI? Sayangnya, Google punya cara licik untuk mengakalinya. Dalam sidang antitrust federal di Washington, raksasa teknologi ini mengakui bahwa meski memberi opsi opt-out untuk pelatihan AI oleh DeepMind, mereka tetap menggunakan data tersebut untuk unit lain—termasuk mesin pencari yang mengembangkan produk seperti AI Overviews.
Pengakuan mengejutkan ini disampaikan oleh Eli Collins, Wakil Presiden DeepMind, saat diinterogasi oleh pengacara Departemen Kehakiman AS, Diana Aguilar. “Benar—untuk digunakan dalam pencarian,” jawab Collins ketika ditanya apakah Google tetap melatih AI dengan data yang seharusnya dikecualikan.
Skala Pengumpulan Data yang Mencengangkan
Dokumen internal Google tahun 2024 yang diungkap dalam sidang menunjukkan, perusahaan telah mengumpulkan 160 miliar token (unit teks pendek) untuk pelatihan AI. Separuhnya berasal dari penerbit yang memilih opt-out, tetapi kini terungkap bahwa 80 miliar token tersebut tetap dipakai—hanya saja bukan oleh DeepMind, melainkan divisi pencarian Google.
Ironisnya, satu-satunya cara untuk benar-benar menghindari pengambilan data oleh AI Google adalah dengan menghapus situs dari indeks mesin pencari. Sebuah pilihan yang mustahil bagi sebagian besar pemilik situs, mengingat 90% lalu lintas web berasal dari Google. “Ini seperti memilih antara mati perlahan atau mati seketika,” komentar seorang analis teknologi.
Baca Juga:
Monopoli yang Dipertanyakan
Kasus ini memperkuat tudingan bahwa Google menyalahgunakan dominasi mesin pencarinya. Tahun lalu, hakim federal telah menyatakan perusahaan memonopoli pasar secara ilegal. Kini, cara mereka memaksa akses data AI semakin memperjelas pola ini.
Pendidikan platform Chegg bahkan menggugat Google, menuduh mereka memanfaatkan monopoli untuk mendapatkan konten gratis. “Ini bukan kompetisi sehat, tapi pemerasan digital,” tuntut pengacara Chegg dalam dokumen pengadilan.
Sementara regulator AS masih mempertimbangkan cara membatasi kekuasaan Google—mulai dari memaksa penjualan browser Chrome hingga melarang perjanjian mesin pencari default—praktik pelatihan AI ini menunjukkan betapa perusahaan terus menemukan celah.
Google berkilah bahwa mekanisme ini terkait dengan standar “robots.txt”, file yang mengatur akses bot ke situs web. Namun, bagi banyak penerbit, ini hanyalah alasan untuk melegalkan eksploitasi. Seperti dikatakan seorang developer, “Mereka membuat aturan, lalu mengubahnya saat tidak menguntungkan.”
Dengan pesaing seperti DeepSeek R2 dari China yang mulai mengancam, tekanan pada Google mungkin akan semakin besar. Tapi untuk sekarang, mereka masih memegang kendali—dan data Anda.