Telset.id – Dalam langkah yang mengejutkan, Amerika Serikat kini mengalihfungsikan laser paling kuat di dunia untuk mengembangkan senjata nuklir generasi baru. Laser kripton-fluorida berdaya 3-kilojoule bernama NIKE ini akan digunakan untuk mensimulasikan kondisi ekstrem yang dihadapi senjata nuklir.
Fasilitas NIKE yang dikelola US Naval Research Laboratory (NRL) sebelumnya digunakan untuk mendukung misi Department of Energy (DOE). Kini, laser super kuat ini akan difokuskan untuk memelihara stok senjata nuklir AS dan memperkuat kemampuan deterensi nuklir negara tersebut.
Simulasi Kondisi Ekstrem Nuklir
Menurut rilis resmi Angkatan Laut AS, NIKE akan digunakan untuk menciptakan gelombang kejut presisi dan lingkungan berenergi tinggi terkontrol. Ini memungkinkan peneliti mempelajari bagaimana material dan sistem berperilaku dalam kondisi yang menyerupai ledakan nuklir atau lingkungan luar angkasa.
“Kemampuan unik ini memungkinkan kami menghasilkan gelombang kejut yang kuat dan stabil, serta menciptakan kondisi eksperimen yang sangat bersih untuk mempelajari keadaan fisik ekstrem materi,” jelas Jason Bates, kepala Laser Plasma Branch NRL.
Baca Juga:
Plasma: Kunci Pemahaman Nuklir
Laser NIKE bekerja dengan menciptakan dan mempelajari plasma – keadaan materi super panas yang terionisasi. Plasma ini terjadi dalam lingkungan ekstrem seperti ledakan nuklir dan bintang. Dengan menciptakan kembali kondisi ini di laboratorium, ilmuwan dapat mempelajari ketahanan sistem senjata nuklir.
Divisi Fisika Plasma di NRL memimpin penelitian ini, menggabungkan eksperimen dengan simulasi komputer. Penelitian mereka mencakup energi fusi, efek nuklir, dan cuaca luar angkasa – semuanya penting untuk pengembangan teknologi pertahanan nasional.
Persaingan Teknologi Laser Global
Keputusan AS ini muncul di tengah laporan bahwa China dan Rusia juga mengembangkan sistem laser serupa. Dengan memutakhirkan fasilitas NIKE yang dibangun sejak 1995 ini, AS berusaha mempertahankan keunggulan teknologi di bidang penelitian nuklir.
NIKE sebelumnya telah mendukung National Ignition Facility (NIF) yang baru-baru ini membuat terobosan dalam reaksi fusi. Kini, NRL bekerja sama dengan Angkatan Udara AS untuk mempelajari perilaku senjata nuklir dalam lingkungan ekstrem.
“Kemitraan ini merupakan lompatan vital dalam kemampuan kami mensimulasikan dan memahami lingkungan ekstrem yang harus dihadapi aset nuklir,” tegas Bates. Dengan teknologi laser mutakhir ini, AS berharap dapat menutup celah kritis dalam menilai kelayakan sistem persenjataan nuklir mereka.