AMD Siap Gandeng Samsung untuk Chip 2nm, Tekan Dominasi TSMC

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan Anda adalah seorang produsen mobil balap yang hanya bisa membeli mesin dari satu pemasok. Mesinnya memang juara, tapi harganya terus melambung dan Anda tak punya pilihan lain. Kira-kira begitulah dilema yang dihadapi AMD dan banyak pembuat chip lainnya di era dominasi TSMC. Namun, gelombang perubahan mungkin akan segera datang. Bocoran terbaru dari Korea Selatan mengindikasikan bahwa AMD sedang serius mempertimbangkan untuk menggunakan proses fabrikasi 2nm milik Samsung pada chip-chip masa depannya. Ini bukan sekadar rumor biasa, tapi sebuah langkah strategis yang bisa mengubah peta persaingan di industri semikonduktor global.

Selama bertahun-tahun, TSMC telah menjadi raksasa yang hampir tak tertandingi dalam urusan memproduksi chip paling canggih. Konsistensi dan keandalannya memang tak diragukan lagi. Namun, monopoli—atau setidaknya dominasi yang sangat kuat—selalu punya konsekuensi. Ketika hanya ada satu toko yang menjual barang terbaik di kota, pemilik toko itu punya kuasa penuh untuk menaikkan harga. Dan itulah yang terjadi. TSMC telah mengumumkan rencana untuk menaikkan harga jasa foundry-nya dalam tiga tahun ke depan. Bagi perusahaan seperti AMD yang menggantungkan produk-produk unggulannya pada TSMC, tekanan biaya ini menjadi beban yang semakin berat. Mereka butuh opsi lain, dan Samsung muncul sebagai penantang yang semakin percaya diri.

Lalu, mengapa sekarang? Samsung bukanlah nama baru dalam bisnis chip. Perusahaan asal Korea ini sudah lama berusaha mengejar ketertinggalan dari TSMC, namun sering terbentur masalah yield—jumlah chip yang berhasil dan berfungsi sempurna dari setiap lempengan silikon. Masalah ini membuat banyak klien potensial, termasuk AMD, berpikir dua kali untuk menyerahkan desain chip bernilai miliaran dolar. CEO AMD, Lisa Su, memang pernah menyiratkan keinginan untuk memiliki lebih banyak pilihan manufaktur, tetapi kekhawatiran akan kualitas menjadi penghalang besar. Namun, angin tampaknya berhembus ke arah yang berbeda untuk node 2nm. Laporan menyebutkan bahwa chip 2nm pertama Samsung menerima respons positif terkait yield dan performa, menandakan proses yang kini lebih stabil dan matang.

Kepercayaan ini tampaknya juga dipegang oleh raksasa teknologi lain. Samsung baru-baru ini berhasil mengamankan kontrak besar-besaran dengan Apple dan Tesla untuk chip 2nm mereka. Keberhasilan merangkul dua klien sekaliber itu tentu menjadi sinyal kuat bagi pasar bahwa Samsung serius dan mampu. Kini, mata mereka tertuju pada AMD. Bahkan, Chairman Samsung Lee Jae-yong dikabarkan akan segera bertemu langsung dengan Lisa Su untuk membahas kemitraan potensial ini. Pertemuan tingkat tinggi seperti ini bukanlah formalitas belaka; ini adalah bukti bahwa pembicaraan telah memasuki tahap yang sangat serius.

Bukan Langsung Terjun, Tapi Menunggu Generasi Kedua

Di sini kecerdikan strategis AMD terlihat. Menurut laporan, AMD tidak berniat menjadi “kelinci percobaan” dengan langsung mengadopsi generasi pertama proses 2nm Samsung. Alih-alih, mereka dikabarkan menargetkan node generasi kedua yang dikenal dengan kode SF2P. Ini adalah langkah yang bijaksana. Generasi pertama sebuah proses teknologi baru sering kali masih menyisakan ruang untuk penyempurnaan. Dengan menunggu SF2P, AMD meminimalkan risiko dan memastikan mereka mendapatkan versi yang sudah lebih disempurnakan.

Samsung sendiri mengklaim bahwa SF2P menawarkan peningkatan yang signifikan dibanding pendahulunya. Proses ini diklaim memiliki performa yang lebih baik, konsumsi daya yang jauh lebih rendah, dan ukuran chip (footprint) yang lebih kecil. Mass production untuk SF2P diprediksi akan dimulai pada 2026, dengan versi yang lebih baik lagi, SF2P+, menyusul di tahun 2027. Timeline ini sejalan dengan siklus pengembangan produk AMD. Jika negosiasi berjalan mulus, kesepakatan antara kedua perusahaan bisa final dalam waktu dekat, bahkan mungkin bulan depan. Bagi Samsung, menambahkan AMD sebagai klien akan menjadi kemenangan besar lainnya, memperkuat posisinya sebagai penantang serius bagi TSMC di arena node paling advanced. Ini juga menjadi babak baru dalam persaingan sengit kedua raksasa Korea itu, terutama setelah Apple berhasil menggeser Samsung sebagai raja smartphone global.

Lalu, apa arti semua ini bagi kita sebagai konsumen dan pengamat industri? Pertama, ini adalah berita baik untuk kompetisi. Dominasi tunggal jarang menguntungkan dalam jangka panjang. Kehadiran Samsung sebagai alternatif yang kuat akan memberi AMD—dan mungkin perusahaan lain—ruang bernapas dan daya tawar. Pada akhirnya, kompetisi yang sehat bisa mendorong inovasi lebih cepat dan berpotensi menstabilkan atau bahkan menekan harga. Kedua, langkah AMD ini menunjukkan betapa pentingnya diversifikasi rantai pasokan di era geopolitik yang tidak pasti. Menaruh semua telur dalam satu keranjang, dalam hal ini TSMC, dianggap semakin berisiko.

Namun, tentu ada tantangan. Transisi ke foundry baru bukan seperti mengganti suku cadang. Ini membutuhkan penyesuaian desain yang mendalam dan kolaborasi engineering yang sangat erat. Performa chip AMD Ryzen, EPYC, atau Radeon yang kita kenal hari ini adalah hasil simbiosis yang sudah lama terjalin dengan TSMC. Membangun chemistry yang sama dengan Samsung membutuhkan waktu dan komitmen. Selain itu, meski yield 2nm dikabarkan membaik, kapasitas produksi massal Samsung untuk memenuhi permintaan raksasa seperti AMD, Apple, dan Tesla secara bersamaan masih menjadi tanda tanya besar. Apakah mereka siap? Ini mengingatkan kita pada kabar penundaan Samsung Galaxy S26 yang diduga terkait dengan persiapan chipset baru.

Jika kerja sama ini terwujud, dampak riil mungkin baru akan kita rasakan beberapa tahun ke depan, tepatnya saat produk berbasis SF2P mulai membanjiri pasar. Bisa jadi ini akan menjadi jantung dari prosesor gaming atau server generasi mendatang. Yang pasti, langkah AMD ini telah menyalakan lampu hijau bagi era baru persaingan di pabrik chip. TSMC mungkin masih yang terdepan, tetapi sekarang mereka harus menengok ke belakang, karena pengejar tidak hanya ada, tetapi sudah mulai menarik napas yang sama. Persaingan ini juga akan mempengaruhi lini produk smartphone, di mana Samsung Galaxy S26 Ultra dikabarkan akan menggunakan Exynos 2600 yang performanya dijanjikan gahar. Pertarungan di level nanometer yang paling kecil ini, pada akhirnya, akan menentukan produk teknologi paling besar yang kita gunakan sehari-hari.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI