Bayangkan Anda sedang mewawancarai kandidat dengan portofolio mengesankan, kemampuan teknis mumpuni, dan CV yang sempurna. Tanpa disadari, calon karyawan tersebut ternyata hanyalah algoritma cerdas yang dirancang untuk menipu. Inilah realitas baru yang dihadapi perusahaan di era AI—pelamar kerja palsu yang diciptakan mesin.
Kasus terbaru datang dari Vidoc Security, perusahaan keamanan siber yang dua kali tertipu oleh kandidat deepfake. Dawid Moczadlo, salah satu pendiri Vidoc, membagikan pengalamannya mewawancarai kandidat yang menggunakan filter AI untuk menyamarkan wajah asli. Ketika diminta menggerakkan tangan untuk menguji keaslian wajah, sang kandidat menolak—dan wawancara pun dihentikan seketika.
Modus Operandi Pelamar AI
Menurut laporan CBS News, pelaku penipuan menggunakan AI untuk membuat:
- Foto profil palsu yang terlihat nyata
- Résumé otomatis yang disesuaikan dengan lowongan
- Situs web portofolio fiktif
Jika berhasil lolos, “karyawan” ini bisa mencuri data rahasia atau menyebarkan malware. Moczadlo menduga modus ini mirip dengan jaringan peretas Korea Utara yang menciptakan identitas palsu untuk bekerja di AS.
Baca Juga:
Perusahaan Bereaksi
Vidoc kini mengubah proses rekrutmen dengan mengundang kandidat terbaik ke kantor mereka di San Francisco. Biaya transportasi dan akomodasi ditanggung perusahaan, plus bayaran untuk hari kerja percobaan. “Butuh peretas untuk menemukan peretas,” ujar Moczadlo.
Namun, solusi ini tidak terjangkau bagi kebanyakan perusahaan. Startup kecil atau tim HR biasa kesulitan mendeteksi kecurangan canggih semacam ini. Seperti yang terjadi di industri teknologi, perlombaan senjata antara AI dan deteksi penipuan semakin sengit.
Dampak bagi Pencari Kerja Asli
Fenomena ini memperburuk kondisi pasar kerja yang sudah kompetitif. Di satu sisi, perusahaan memangkas karyawan untuk digantikan AI. Di sisi lain, pelamar manusia harus bersaing dengan algoritma yang bisa membuat profil sempurna dalam hitungan detik.
Lalu, bagaimana melindungi diri? Pelajari fitur deteksi AI terbaru dan selalu verifikasi kredensial kandidat melalui wawancara tatap muka atau tes praktik langsung.
Kisah Vidoc menjadi peringatan keras: di era di mana identitas bisa dipalsukan dengan satu klik, kewaspadaan adalah harga mati. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti Anda akan berjabat tangan dengan avatar digital—bukan manusia sungguhan.