Dalam beberapa tahun terakhir, YouTube dibanjiri trailer film palsu yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI). Konten-konten ini, yang sering kali menipu dan menyesatkan, ternyata menjadi sumber pendapatan tersembunyi bagi studio film besar. Namun, kini YouTube mengambil langkah tegas dengan mematikan monetisasi untuk video semacam itu.
Skema Monetisasi yang Kontroversial
Menurut laporan dari Deadline, studio-studio Hollywood tidak menegakkan hak cipta terhadap video trailer palsu tersebut. Alih-alih, mereka membuat kesepakatan dengan YouTube untuk mengalihkan pendapatan iklan ke kantong mereka sendiri—bukan ke kreator yang hanya mengetik beberapa prompt AI dan melakukan sedikit editing.
Salah satu contoh paling terkenal adalah trailer palsu untuk reboot film Superman yang bahkan berhasil menipu stasiun televisi nasional Prancis. Sutradara James Gunn sampai mengunggah tiga emoji muntah di X sebagai bentuk kekecewaannya. Ironisnya, Warner Bros. Discovery—perusahaan di balik film Superman yang asli—ternyata ikut meraup keuntungan dari video tersebut.
— James Gunn (@JamesGunn) October 20, 2024
Mengapa Studio Membiarkannya?
Pertanyaan besar muncul: mengapa studio film besar membiarkan merek mereka dinodai oleh konten AI yang tidak berkualitas? Trailer-trailer palsu ini sering kali muncul berdampingan dengan teaser resmi, dan terbukti membingungkan penonton. Meski angka pasti pendapatannya tidak diungkap, video-video ini telah meraup miliaran views. Mungkin bagi perusahaan yang berpikiran jangka pendek, itu sudah cukup.
SAG-AFTRA, serikat pekerja aktor Amerika, menyebut praktik ini sebagai “perlombaan ke dasar.” Mereka menilai eksploitasi konten AI hanya akan merusak industri kreatif dan mengurangi nilai karya asli.
YouTube Akhirnya Bertindak
Kini, kereta uang itu telah berhenti. YouTube memutuskan untuk mematikan monetisasi pada video trailer palsu berbasis AI. Keputusan ini diduga kuat dipicu oleh investigasi Deadline. Beberapa channel populer seperti Screen Culture bahkan dikeluarkan dari program partner YouTube.
Channel-channel tersebut masih bisa mengajukan banding. Salah satu pendiri channel KH Studio, yang telah mengumpulkan ratusan juta views, mengklaim bahwa mereka tidak bermaksud menyesatkan penonton. “Tujuan kami hanya membuat skenario ‘bagaimana jika’,” ujarnya.
Dampak Jangka Panjang bagi Industri
Kasus ini membuka diskusi lebih luas tentang peran AI dalam industri kreatif. Di satu sisi, teknologi ini menawarkan kemudahan dan efisiensi. Namun, di sisi lain, ia bisa menjadi alat eksploitasi yang merugikan kreator asli.
Langkah YouTube patut diapresiasi, tetapi pertanyaannya adalah: apakah ini sudah cukup? Tanpa regulasi yang jelas, konten AI palsu mungkin hanya akan bermutasi ke bentuk lain. Bagaimana pendapat Anda?