Telset.id – Pernahkah Anda bertemu seseorang yang terlihat jauh lebih muda atau lebih tua dari usia sebenarnya? Ternyata, penampilan fisik ini bukan sekadar masalah genetik atau perawatan kulit. Menurut penelitian terbaru, wajah kita bisa menjadi cermin akurat dari apa yang disebut “usia biologis”—ukuran kesehatan sel tubuh yang mungkin berbeda dari usia kronologis.
Dalam terobosan yang bisa mengubah wajah pengobatan kanker, tim ilmuwan di Mass General Brigham (MGB) mengembangkan model AI bernama FaceAge. Teknologi ini diklaim mampu memperkirakan usia biologis pasien kanker hanya dengan menganalisis foto wajah mereka, seperti dilaporkan New York Times. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Lancet Digital Health dan menimbulkan pertanyaan serius tentang keandalan serta implikasi etisnya.
Bagaimana FaceAge Bekerja?
AI ini dilatih menggunakan hampir 59.000 foto wajah orang dewasa di atas 60 tahun dari berbagai sumber publik, termasuk IMDB dan Wikipedia. Ketika diuji pada 6.200 pasien kanker, FaceAge menunjukkan hasil mengejutkan: pasien yang terlihat lebih muda menurut AI cenderung memiliki hasil pengobatan lebih baik dibandingkan yang terlihat lebih tua.
Yang menarik, AI tidak hanya bergantung pada tanda penuaan konvensional seperti keriput atau kebotakan. Sebaliknya, ia fokus pada petunjuk halus seperti tonus otot wajah, menurut laporan Agence France-Presse. Secara rata-rata, pasien kanker terlihat 5 tahun lebih tua dari usia sebenarnya, sementara non-pasien memiliki usia biologis yang lebih dekat dengan usia kronologis mereka.
Baca Juga:
Potensi dan Tantangan Etis
FaceAge bisa menjadi alat vital bagi dokter untuk menentukan perawatan yang tepat. Misalnya, pasien berusia 75 tahun dengan usia biologis 65 mungkin cocok menjalani terapi radiasi agresif, sementara pasien lain dengan usia kronologis sama tetapi usia biologis lebih tinggi mungkin perlu pendekatan berbeda.
Namun, teknologi ini masih memiliki keterbatasan serius. Pelatihan AI yang didominasi wajah kulit putih berisiko menimbulkan bias rasial. Faktor seperti riasan, operasi plastik, atau pencahayaan juga bisa memengaruhi akurasi prediksi.
“Saya sangat khawatir apakah alat ini bekerja sama baiknya untuk semua populasi, termasuk perempuan, lansia, minoritas etnis, penyandang disabilitas, atau ibu hamil,” kata Jennifer Miller, pakar etika biomedis dari Yale University, kepada NYT.
Di era privasi yang semakin tergerus, teknologi seperti FaceAge juga menimbulkan kekhawatiran baru. Bagaimana jika perusahaan asuransi menggunakannya untuk menolak klaim kesehatan? “Kita perlu memastikan teknologi ini hanya digunakan untuk kepentingan pasien,” tegas Hugo Aerts, salah satu penulis utama studi ini.
Meski menjanjikan, FaceAge masih memerlukan pengembangan lebih lanjut sebelum bisa diadopsi secara luas. Namun, temuan ini membuka pintu bagi pendekatan yang lebih personal dalam pengobatan kanker, di mana usia biologis bisa menjadi pertimbangan krusial selain faktor medis tradisional.