Dua tahun lalu, AI menjadi musuh utama dalam pemogokan besar-besaran di Hollywood. Kini, teknologi yang sama muncul di film pemenang Oscar. Bagaimana industri film menghadapi dilema ini?
Dari Demonisasi ke Adopsi: Perubahan Sikap Hollywood Terhadap AI
Di sebuah soundstage bersejarah yang pernah digunakan Charlie Chaplin, para eksekutif Hollywood kini bersulang dengan minuman mereka sambil mengagumi terobosan terbaru: video yang dihasilkan AI. Ironisnya, tempat yang sama pernah menjadi saksi perlawanan keras terhadap teknologi ini.
Bryn Mooser, co-founder Moonvalley, dengan tegas menyatakan: “AI tidak terelakkan.” Perusahaannya mengembangkan alat generator AI bernama “Marey” dengan membayar footage dari filmmaker secara legal. “Versi kami bersih karena menghormati hak cipta,” klaimnya.
AI Masuk Oscar: Kasus The Brutalist dan Emilia Perez
Dua film yang dihormati di Oscar tahun ini menggunakan AI dengan cara berbeda:
- The Brutalist memanfaatkan AI untuk menyempurnakan aksen Hungaria Adrian Brody
- Emilia Perez menggunakan teknologi serupa untuk modifikasi suara
Bahkan aktor sekelas Tom Hanks dan Harrison Ford telah “diperemaja” dengan bantuan AI. Teknologi ini semakin merambah berbagai aspek produksi film.
Pertarungan Hak Cipta: Seniman vs Teknologi
OpenAI, Google, dan perusahaan teknologi lainnya menghadapi gugatan dari berbagai pihak:
- Penulis dan aktor menuduh karya mereka digunakan tanpa izin
- Organisasi berita protes terhadap penggunaan konten mereka
- Studio besar didesak untuk mengambil tindakan hukum
“Kami semua berjuang keras untuk hukum hak cipta. Tidak ada yang ingin melihat karya mereka dicuri untuk keuntungan orang lain,” tegas Mooser.
Masa Depan yang Tidak Pasti: Ancaman dan Peluang
ChatGPT sendiri mengakui bahwa aktor figuran adalah yang paling rentan digantikan AI, sementara bintang papan atas masih aman karena “daya tarik bintang”. Namun ketakutan tetap menyebar:
Di luar kantor Disney Character Voices, puluhan aktor berunjuk rasa menentang penggunaan AI dalam video game. “Pengalaman hidup manusia tidak bisa dipahami AI,” protes aktor DW McCann.
Solusi Tengah: Seniman Harus Memegang Kendali
Mooser dan rekan pendirinya Naeem Talukdar bersikeras bahwa AI harus tunduk pada seniman: “Teknologi ini tidak berarti apa-apa tanpa seniman di pusatnya.” Mereka membayangkan AI bisa membantu filmmaker independen menciptakan karya epik dengan anggaran terbatas.
Lebih dari 400 selebritas Hollywood, termasuk Ben Stiller dan Cate Blanchett, menandatangani surat terbuka yang menyerukan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan perlindungan industri kreatif.
Pertanyaannya sekarang: Akankah Hollywood berhasil menjinakkan AI, atau justru akan dikendalikan olehnya? Jawabannya mungkin terletak pada seberapa kuat seniman mempertahankan posisi mereka di meja diskusi.