Studi Terbaru: 60% AI Sering Memberikan Jawaban yang Salah

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin banyak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk sebagai alat pencarian informasi. Namun, sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa 60% jawaban yang diberikan oleh AI ternyata tidak akurat. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran tentang keandalan teknologi ini, terutama ketika digunakan untuk mencari informasi penting.

Studi Columbia Journalism Review (CJR)

Columbia Journalism Review (CJR) melakukan penelitian mendalam terhadap delapan alat AI yang populer. Studi ini melibatkan pemberian kutipan dari sebuah artikel kepada chatbot dan meminta mereka untuk mengidentifikasi judul artikel, penerbit asli, tanggal publikasi, dan URL yang sesuai. Hasilnya mengejutkan: lebih dari 60% jawaban yang diberikan oleh chatbot ternyata salah.

Kesalahan yang ditemukan bervariasi. Beberapa chatbot berspekulasi atau memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan yang sebenarnya tidak dapat mereka jawab. Ada juga kasus di mana chatbot mengutip versi jiplakan dari artikel yang sebenarnya atau menemukan tautan dan sumber yang tidak relevan.

Kepercayaan Diri yang Menyesatkan

Salah satu temuan yang paling mengkhawatirkan adalah kepercayaan diri yang tinggi dari chatbot dalam memberikan jawaban yang salah. Sebagian besar alat AI yang diuji jarang menggunakan frasa yang memenuhi syarat seperti “tampaknya” atau “mungkin”. Mereka juga jarang mengakui adanya kesenjangan pengetahuan dengan pernyataan seperti “Saya tidak dapat menemukan artikel yang tepat”.

“Sebagian besar alat yang kami uji memberikan jawaban yang tidak akurat dengan kepercayaan diri yang mengkhawatirkan,” tulis CJR dalam laporannya, seperti dikutip dari Mashable.

Penggunaan AI yang Semakin Meluas

Meskipun ada kekhawatiran tentang ketidakakuratan AI, penggunaan teknologi ini terus meningkat. CJR mencatat bahwa 25% orang Amerika lebih memilih menggunakan AI untuk mencari informasi dibandingkan mesin pencari tradisional seperti Google. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang mulai mengandalkan AI sebagai sumber utama informasi.

Google, sebagai raksasa pencarian, juga semakin mendorong penggunaan AI. Baru-baru ini, perusahaan mengumumkan rencana untuk memperluas tinjauan AI dan mulai menguji hasil pencarian yang hanya menggunakan AI. Langkah ini menunjukkan bahwa AI akan semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.

Kritik dan Tantangan ke Depan

Studi dari CJR hanyalah salah satu dari banyak titik data yang menunjukkan ketidakakuratan AI. Alat-alat ini telah berkali-kali menunjukkan bahwa mereka dapat memberikan jawaban yang salah dengan percaya diri. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana membuat pengguna lebih kritis terhadap informasi yang diberikan oleh AI.

“Tampaknya masuk akal untuk bersikap skeptis terhadap alat pencarian AI. Namun, masalahnya adalah orang-orang tampaknya tidak mau melakukan hal itu,” tulis CJR.

Rekomendasi untuk Pengguna

Bagi pengguna, penting untuk selalu memverifikasi informasi yang diberikan oleh AI. Jangan hanya mengandalkan satu sumber, terutama jika informasi tersebut digunakan untuk keputusan penting. Selain itu, pengguna juga disarankan untuk tetap menggunakan mesin pencari tradisional sebagai referensi tambahan.

Dengan semakin meluasnya penggunaan AI, kesadaran akan keterbatasan teknologi ini menjadi kunci untuk menghindari kesalahan informasi. Studi ini mengingatkan kita bahwa meskipun AI menawarkan kemudahan, kehati-hatian tetap diperlukan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI