Telset.id, Jakarta – Sekelompok tim peneliti yang dipimpin oleh Stanford Michael Snyder baru saja menerbitkan hasil dari eksperimen jangka panjangnya, terkait mampu atau tidaknya gadget berbasis pergelangan tangan mendiagnosa dan memantau penyakit.
43 orang berpartisipasi dalam percobaan yang dilakukan selama dua tahun itu, di mana berbagai pengukuran diambil secara teratur dan berkorelasi dengan peristiwa yang terjadi di dunia nyata seperti perjalanan, gangguan tidur, sakit dan sebagainya. Yang mereka temukan adalah, bahwa secara umum, smartwatch mungkin menjadi cara yang sangat berguna untuk memantau kesehatan umum – asalkan peran mereka dipertimbangkan dengan hati-hati.
Sebagai contoh, selama melakukan perjalanan di udara, orang cenderung menunjukkan kadar oksigen darah yang rendah, sehingga kelelahan. Timbulnya penyakit Lyme mampu dilacak, dan sensitivitas individu terhadap insulin (dan mereka yang berisiko menderita diabetes tipe 2) juga terlihat dari pengukuran fisiologis.
Anda mungkin dapat memberitahu ketika Anda sakit, tapi jam tangan mungkin memberitahu Anda jam atau hari sebelum Anda bahkan menyadarinya. Ini tidak akan lantas mendiagnosa penyakit, tetapi hanya memberi peringatan bahwa ada yang tidak biasa di sini – jadi cobalah untuk tidur dan Anda mungkin bisa menurunkan panas dengan cara itu.
Saat ini, tim sedang bekerja untuk menciptakan algoritma yang dapat melakukan ini dengan nyata.
“Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa biosensor portabel memberikan informasi yang berguna untuk memantau kegiatan pribadi dan fisiologi,” tulis para peneliti dalam makalah yang dipublikasikan di PLOS Biology, seperti dilaporkan Techcrunch, Jumat (13/1/2017). “Dan mungkin memainkan peran penting dalam mengelola kesehatan dan memungkinkan akses perawatan kesehatan yang terjangkau untuk kelompok yang secara tradisional dibatasi oleh kelas sosial ekonomi atau geografi terpencil.” [IF]
