Telset.id – Bayangkan sebuah smartphone yang menggabungkan ketipisan 5,8 mm dengan performa setara laptop gaming. Itulah yang ditawarkan Samsung Galaxy S25 Edge, flagship terbaru yang siap mengubah standar industri. Dengan harga pasar Rp 17,5 juta per Juni 2025, perangkat ini bukan sekadar evolusi, melainkan lompatan teknologi signifikan.
Di tengah persaingan sengit antara Apple, Xiaomi, dan Huawei, Samsung memilih jalan berbeda dengan fokus pada tiga pilar: desain minimalis, fotografi profesional, dan daya tahan sistem. Hasilnya? Sebuah perangkat yang mampu merekam video 8K sambil tetap nyaman digenggam seharian.
Mari kita kupas tuntas keunggulan Galaxy S25 Edge, dari chipset Snapdragon 8 Elite yang revolusioner hingga sistem kamera dual sensor yang mengancam dominasi kamera mirrorless.
Desain Revolusioner: Tipis tapi Tangguh
Samsung Galaxy S25 Edge hadir dengan pendekatan “design over function” yang justru menjadi kekuatannya. Bukan sekadar tentang menjadi yang paling tipis (5.8mm) atau paling ringan (163g), melainkan bagaimana Samsung sebagai brand premium mampu menghadirkan feel eksklusif melalui paduan material titanium, desain flat-back yang elegan, dan tata letak kamera yang terukur. Galaxy S25 Edge tidak perlu menjadi yang paling canggih dalam segala hal—ia hadir untuk pengguna yang mengutamakan portabilitas tanpa kompromi pada kesan premium.
Di balik ketipisannya, Samsung membuktikan legitimasinya sebagai pembuat flagship melalui detail seperti frame titanium, Gorilla Glass Ceramic 2 (depan), lapisan Gorilla Glass Victus 2 (belakang), sertifikasi IP68 dan finishing warna yang konsisten dengan lini Ultra. Ini bukan sekadar smartphone tipis, tapi pernyataan bahwa Samsung paham betul cara menyeimbangkan desain minimalis dengan brand prestige. Galaxy S25 Edge mungkin tidak untuk semua orang, tapi bagi yang mencari kombinasi portabilitas, kemewahan material, dan kepercayaan terhadap brand, inilah pilihan yang tepat—tanpa perlu berteriak tentang spesifikasi.
Baca Juga:
Layar, Audio dan Baterai
Samsung Galaxy S25 Edge hadir dengan layar LTPO OLED yang memukau, resolusi 1440 x 3120 piksel, dan refresh rate hingga 120Hz. Meski diagonalnya 0,2 inci lebih kecil dari S25 Ultra, performanya tak kalah mengesankan. Namun, apakah perangkat ini benar-benar seimbang antara tampilan dan daya tahan baterai?
Galaxy S25 Edge membawa panel LTPO OLED 6,7 inci dengan HDR10+ dan kontrol refresh rate granular. Sayangnya, Samsung masih enggan mengadopsi Dolby Vision, dan kedalaman warnanya tetap 8-bit. Meski begitu, bagi kebanyakan pengguna, ini bukan masalah besar. Kecerahan layar mencapai 768 nits (manual) dan 1.416 nits (auto), cukup untuk penggunaan di bawah sinar matahari langsung.
Mode refresh rate di S25 Edge terbagi menjadi Standard (60Hz) dan Adaptive (1-120Hz). Yang menarik, Adaptive mode menyesuaikan refresh rate dengan konten, termasuk video 24fps dan 48fps. Fitur ini membuat pengalaman menonton lebih mulus tanpa boros daya.
Dengan kapasitas 3.900 mAh, banyak yang meragukan daya tahan S25 Edge. Namun, hasil pengujian menunjukkan skor Active Use 12:06 jam. S25 Edge mendukung pengisian 25W (kabel) dan 15W (nirkabel). Tanpa charger dalam kotak, pengguna harus membeli adaptor kompatibel. Waktu pengisian ke 100% sekitar 1 jam 4 menit—hampir menyamai S25+ dengan charger 45W.
Menariknya, Samsung menyertakan fitur pelindung baterai, seperti pembatasan kapasitas (80-95%) dan opsi non-fast charging. Ini berguna untuk memperpanjang umur baterai dalam jangka panjang.
Dari segi audio, S25 Edge menghasilkan suara yang jernih berkat speaker stereo hybrid, meski desain ultra-tipisnya membatasi kedalaman bass. Namun, ini bukan masalah besar berkat dukungan konektivitas Bluetooth mutakhir. Well, Galaxy S25 Edge bukan sekadar tentang angka-angka spesifikasi, melainkan bukti bahwa Samsung mampu menciptakan flagship premium yang seimbang—tipis tanpa mengorbankan performa, elegan tanpa melupakan fungsionalitas. Pilihan tepat bagi mereka yang menginginkan perangkat berkelas dengan portabilitas maksimal.
AI Lebih Cerdas dengan Performa Elite
Tidak sekadar mengandalkan desain elegan dan layar melengkung ikonik, ponsel ini membawa kecerdasan buatan (AI) ke level lebih tinggi. Yup, Ditenagai Android 15 dengan lapisan One UI 7, Galaxy S25 Edge menjanjikan pembaruan sistem operasi hingga 7 tahun. Bagi versi enterprise, bahkan bisa mendapatkan 8 pembaruan utama. One UI 7 sendiri mengalami perubahan signifikan, baik dari segi visual maupun fitur AI. Jika Anda pengguna setia Samsung, antarmuka ini akan terasa familiar namun lebih cerdas.
Salah satu fitur unggulan yang diperkenalkan adalah Multimodal AI Agents dengan kemampuan visual engine. Fitur ini memungkinkan Anda berinteraksi secara visual dengan asisten AI. Cukup arahkan kamera ke suatu objek, lalu ajukan pertanyaan. Misalnya, Anda bisa menanyakan suhu cuci yang tepat untuk pakaian tertentu. Kecanggihan ini didukung oleh teknologi Gemini AI dari Google.
Untuk mendukung fitur AI mutakhir tersebut, Samsung memilih Snapdragon 8 Elite for Galaxy sebagai otaknya. Chipset ini memiliki konfigurasi unik dengan dua inti Prime berkecepatan 4.47GHz dan enam inti Performance berkecepatan 3.53GHz. Tidak seperti chipset lain yang menggunakan desain Cortex, Qualcomm memilih Oryon cores yang dikustomisasi khusus.
Di sisi grafis, Adreno 830 hadir dengan arsitektur terbaru yang dibagi menjadi tiga slice, masing-masing dengan memori khusus. Meski demikian, performa GPU tidak jauh berbeda dengan varian non-Galaxy, dengan perbedaan hanya sekitar 7% dalam tes multi-core. Untuk kebutuhan sehari-hari, perbedaan ini hampir tidak terasa.
Baca Juga:
Dengan kombinasi AI canggih, chipset elite, dan dukungan pembaruan jangka panjang, Samsung Galaxy S25 Edge layak dipertimbangkan bagi mereka yang mencari smartphone premium dengan fokus pada kecerdasan buatan. Meski ada beberapa kompromi di bagian termal, pengalaman pengguna secara keseluruhan tetap memuaskan.

Kamera 200MP: Game Changer Fotografi Mobile
Samsung Galaxy S25 Edge tampil berani dengan pendekatan berbeda: hanya dua kamera belakang tanpa lensa telephoto. Di tengah tren flagship yang berlomba menjejalkan tiga hingga lima kamera, keputusan Samsung ini terasa minimalis tapi penuh pertimbangan. Sensor utama 200MP ISOCELL HP5 dan kamera ultrawide 12MP dengan autofocus menjadi kombinasi yang tidak hanya sederhana, tapi juga efektif. Samsung tampaknya ingin menyampaikan satu pesan: kualitas bisa mengalahkan kuantitas—dan pada banyak aspek, pesan itu berhasil disampaikan dengan meyakinkan.
Performa fotografi di siang hari sangat memuaskan. Detail tajam, warna akurat, dan dynamic range yang luas menunjukkan kemampuan pengolahan gambar yang solid. Bahkan tanpa lensa telephoto, crop digital 2x dari sensor 200MP mampu menghasilkan foto setara zoom optik. Di malam hari, tantangan mulai terasa, terutama saat mode malam tidak aktif otomatis. Namun begitu diaktifkan, hasilnya meningkat drastis—menunjukkan bahwa software Samsung punya andil besar dalam menyempurnakan pengalaman fotografi. Kamera ultrawide memang belum istimewa, tapi kehadiran autofocus memberi nilai tambah lewat hasil makro yang layak.
Pada aspek video, Galaxy S25 Edge membawa kualitas sinematik ke level baru. Dukungan 8K, HDR10+, dan fitur Galaxy Log membuka ruang eksplorasi luas untuk content creator. Tambahan fitur AI audio eraser menjadi nilai jual yang menarik—menunjukkan fokus Samsung bukan hanya pada visual, tapi juga audio. Meski rekaman malam dengan kamera ultrawide masih perlu perbaikan, stabilisasi yang stabil di segala kondisi tetap menjadi kekuatan utama. Samsung Galaxy S25 Edge mungkin tak bermain di angka lensa yang tinggi, tapi ia berbicara lantang lewat hasil dan fitur yang relevan. Untuk info lengkapnya, baca review kamera Samsung Galaxy S25 Edge.
Masterpiece yang Berani Tampil Beda
Samsung Galaxy S25 Edge hadir bukan sebagai sekadar evolusi, melainkan sebagai manifesto baru dalam dunia smartphone premium. Dengan desain revolusioner setipis 5,8 mm yang dibalut material titanium, performa Snapdragon 8 Elite yang setara laptop gaming, dan sistem kamera dual lensa berkinerja profesional, perangkat ini menantang konvensi industri dengan berani. Di tengah pasar yang terjebak dalam perlombaan “lebih banyak kamera, lebih besar baterai”, S25 Edge justru unggul dengan filosofi minimalis yang cerdas—setiap kompromi yang diambil justru melahirkan harmoni antara portabilitas ekstrem dan fungsionalitas tanpa kompromi.
Keunggulan S25 Edge terletak pada kemampuannya mentransformasi keterbatasan fisik menjadi keunggulan kompetitif. Layar LTPO 120Hz yang memukau, daya tahan baterai 12 jam yang mengejutkan untuk kapasitas 3.900 mAh, dan kecerdasan AI berbasis Gemini—semua bekerja sama dalam balutan desain yang nyaris tak tertandingi. Inilah smartphone untuk mereka yang memahami bahwa premium tidak diukur dari ketebalan spesifikasi sheet, melainkan dari presisi eksekusi. Dengan harga Rp 17,5 juta, Samsung tidak menjual Anda teknologi semata, melainkan sebuah pernyataan gaya hidup: bahwa kecanggihan sejati bisa hadir dalam bentuk yang ramping, cerdas, dan penuh kejutan. Galaxy S25 Edge mungkin bukan untuk semua orang, tapi bagi mereka yang mencari, inilah masterpiece yang akan membuat Anda bertanya: mengapa smartphone lain harus tebal?