Pernahkah Anda merasa kecewa dengan performa ponsel Samsung di wilayah Anda yang ternyata berbeda dengan review internasional? Jika iya, Anda tidak sendirian. Perbedaan performa antara varian Snapdragon dan Exynos telah menjadi cerita lama yang kerap menyisakan tanya bagi penggemar setia Galaxy. Namun, langkah diam-diam yang baru saja diambil Samsung mungkin akan mengubah narasi itu untuk selamanya.
Perusahaan asal Korea Selatan itu secara diam-diam telah merekrut seorang eksekutif papan atas dengan rekam jejak panjang di dua raksasa chip dunia, AMD dan Intel. John Rayfield, yang sebelumnya menjabat sebagai Corporate Vice President di AMD, kini telah bergabung dengan Samsung sekitar dua bulan lalu. Ia ditunjuk sebagai Senior Vice President di Advanced Computing Lab (ACL) di Samsung Austin Research Center (SARC), Texas. Ini bukan sekadar perpindahan pekerjaan biasa; ini adalah sinyal kuat bahwa Samsung serius ingin membangkitkan kembali kejayaan prosesor in-house mereka, Exynos.
Latar belakang Rayfield yang solid di industri semikonduktor, dengan pengalaman di perusahaan seperti Arm, Imagination Technologies, dan NXP Semiconductors, menunjukkan fokus Samsung yang kini lebih tajam. Di tengah persaingan sengit chipset mobile, langkah strategis ini bisa menjadi titik balik. Apakah ini akhir dari era ketergantungan pada Qualcomm dan awal kebangkitan Exynos yang sesungguhnya?
Profil Sang Jagoan Baru: John Rayfield dan Misi Rahasianya
John Rayfield bukan nama asing di dunia arsitektur chip. Sebelum memutuskan untuk bergabung dengan Samsung, ia adalah sosok kunci di balik kesuksesan beberapa proyek penting. Di AMD, ia bekerja erat dengan Microsoft dalam pengembangan Copilot+ PC yang ditenagai oleh prosesor Ryzen AI 300 series. Pengalaman langsungnya dalam mengintegrasikan AI ke dalam komputasi personal ini adalah aset berharga untuk era di mana kecerdasan buatan menjadi pusat segala hal.
Sebelumnya, di Intel, Rayfield memimpin divisi Client AI dan Visual Processing Unit (VPU) IP. Tanggung jawabnya mencakup pengembangan grafis, akselerasi AI, dan arsitektur komputasi—tiga area yang justru sering menjadi titik lemah prosesor Exynos jika dibandingkan dengan rivalnya. Dengan kata lain, Samsung tidak sedang mencari orang biasa; mereka merekrut seorang spesialis yang persis memahami di mana luka Exynos berada dan memiliki resep untuk menyembuhkannya.
Laporan menyebutkan bahwa peran Rayfield di ACL akan meliputi pengawasan pengembangan GPU, arsitektur System-on-Chip (SoC), dan penelitian sistem IP. Tim di bawah kepemimpinannya ditugaskan untuk memberikan perbaikan praktis dalam performa gaming, beban kerja AI, dan efisiensi daya. Ini adalah trio masalah klasik yang kerap menghantui chip Exynos generasi sebelumnya, seperti Exynos 2600 yang diharapkan menjadi jawaban, serta model terdahulu seperti Exynos 990 dan 2200 yang kerap tertinggal dalam hal performa berkelanjutan dan efisiensi.
Baca Juga:
Mengapa Langkah Ini Sangat Krusial untuk Masa Depan Exynos?
Kritik terhadap chip Exynos bukanlah hal baru. Selama beberapa tahun terakhir, konsisten terdengar keluhan dari pengguna di berbagai wilayah yang menerima varian Exynos untuk flagship Samsung mereka. Masalahnya seringkali terletak pada performa grafis yang kurang optimal dan konsumsi daya yang kurang efisien dibandingkan dengan varian Snapdragon, yang membuat pengalaman penggunaan sehari-hari, terutama untuk gaming berat, terasa berbeda.
Ketergantungan Samsung pada Qualcomm untuk chipset unggulan di pasar-pasar kunci seperti Amerika Utara telah membatasi kontrol mereka sendiri atas roadmap teknologi dan tentu saja, margin keuntungan. Dengan meningkatkan investasi secara signifikan dalam pengembangan silikon internal, Samsung jelas ingin mengambil kembali kendali. Perekrutan Rayfield adalah bukti nyata dari komitmen itu. Ini bukan sekadar menambahkan satu orang ke dalam tim, tetapi membawa seluruh filosofi desain dan pengalaman dari garis depan persaingan chip x86 dan AI ke dalam dunia ARM mobile.
Waktunya juga sangat tepat. Samsung sedang mempersiapkan chip flagship masa depan, termasuk Exynos 2600 yang dibangun dengan proses 2nm. Proses manufaktur yang lebih canggih ini menjanjikan lompatan besar dalam efisiensi dan performa. Namun, teknologi fabrikasi yang mutakhir saja tidak cukup. Di sinilah keahlian Rayfield dalam arsitektur sistem dan IP menjadi penentu. Ia bertugas memastikan bahwa desain chip memanfaatkan penuh potensi teknologi 2nm tersebut, sehingga tidak hanya unggul di atas kertas, tetapi juga dalam genggaman tangan pengguna.
Apa Artinya Bagi Pengguna Galaxy? Haruskah Kita Bersabar?
Impian untuk memiliki performa Galaxy yang konsisten dan top-tier di semua wilayah di dunia kini tampak lebih nyata. Jika misi Rayfield dan tim ACL berhasil, kita mungkin akan menyaksikan era di dimana perbedaan “chipset lotere” antara Exynos dan Snapdragon benar-benar hilang, atau setidaknya, menjadi sangat tipis sehingga tidak lagi terasa dalam penggunaan sehari-hari.
Namun, realitasnya, hasil dari perekrutan semacam ini tidak akan terlihat dalam semalam. Pengembangan chip adalah proses yang panjang dan kompleks. Dampak dari kepemimpinan dan strategi baru Rayfield kemungkinan baru akan terwujud secara material dalam beberapa siklus produk ke depan. Artinya, chip seperti Exynos 2500 yang kemungkinan absen di Galaxy S25 series, atau bahkan generasi setelahnya, yang akan merasakan sentuhan transformatif ini.
Bagi Samsung, ini adalah permainan jangka panjang. Langkah ini mempertegas niat mereka untuk tidak hanya menjadi pengikut, tetapi pemain utama dalam lanskap desain chip mobile. Dengan memadukan kekuatan fabrikasi canggih mereka (seperti teknologi 3nm dan 2nm) dengan kepemimpinan desain berkelas dunia, Samsung sedang membangun fondasi untuk kemandirian. Jika berhasil, ini tidak hanya menguntungkan divisi mobile, tetapi juga memperkuat posisi Samsung Foundry sebagai mitra fabrikasi yang andal bagi perusahaan lain.
Jadi, jawaban untuk pertanyaan apakah Exynos bakal makin gahar? Sinyalnya sangat kuat. Samsung telah memasang bidak catur yang tepat dengan memboyong John Rayfield. Meski kita harus bersabar mungkin hingga kehadiran chip dengan fabrikasi 3nm yang lebih hemat daya atau bahkan generasi 2nm, langkah ini adalah kabar gembira. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mendengarkan keluhan pengguna dan berani berinvestasi besar untuk memperbaikinya. Masa depan Exynos, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, terlihat lebih cerah dan penuh potensi.

