Samsung Hadapi Tantangan Fabrikasi 2nm, Begini Nasib Exynos 2600

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Samsung dikabarkan membatalkan pengembangan Exynos 2600, chipset yang sebelumnya direncanakan menjadi terobosan baru di industri pemrosesan seluler. Kok bisa?

Keputusan ini muncul setelah Samsung Foundry menghadapi tantangan besar pada teknologi fabrikasi 2nm yang menjadi dasar produksi chip tersebut. Seperti yang diketahui, teknologi 2nm merupakan teknologi yang tergolong baru di industri, mengingat di saat ini banyak chipset memakai teknologi 3nm.

Namun hal yang paling penting adalah keputusan ini bukan hanya memengaruhi lini produk Exynos, tetapi juga masa depan Samsung sebagai pemain besar dalam industri semikonduktor.

BACA JUGA:

Exynos 2600 diharapkan membawa peningkatan performa signifikan melalui penggunaan proses fabrikasi 2nm Samsung Foundry. Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa tingkat hasil produksi jumlah chip yang dapat digunakan dari satu wafer sangat rendah, hanya mencapai 10–20%.

Angka ini menunjukkan bahwa produksi tersebut jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi massal, membuat chipset ini menjadi tidak layak untuk diluncurkan.

Masalah ini bukan pertama kalinya terjadi. Teknologi 3nm Samsung Foundry, yang digunakan untuk Exynos 2500, juga menghadapi kendala serupa, dengan tingkat hasil produksi di bawah 20%.

Hal ini membuat para analis berspekulasi bahwa Samsung mungkin mempertimbangkan untuk mengalihdayakan produksi chipset unggulan ke TSMC, pesaing utamanya dan pemimpin global dalam teknologi fabrikasi chip canggih.

Di sisi lain, Samsung juga dilaporkan melakukan restrukturisasi besar-besaran pada divisi semikonduktornya. Beberapa fasilitas manufaktur untuk teknologi lama seperti 4nm, 5nm, dan 7nm telah ditutup.

Selain itu, perusahaan menghadapi pembatasan jumlah tenaga kerja akibat peraturan ketat terkait jam kerja di Korea Selatan, yang membatasi produktivitasnya.

Restrukturisasi ini diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan, sehingga memperlambat kemampuan Samsung dalam memperbaiki proses produksi 2nm mereka.

Meski begitu, jika Samsung benar-benar mengalihdayakan produksi Exynos ke TSMC, biaya produksi dipastikan akan meningkat. Ini bisa berdampak pada harga jual perangkat Samsung yang lebih tinggi, mengurangi daya saingnya di pasar.

Kemunduran ini membuat masa depan Exynos menjadi tanda tanya besar. Samsung telah dikenal menggunakan chipset Exynos sebagai alternatif internal untuk Snapdragon, memberikan kontrol lebih besar pada biaya dan pengembangan perangkat kerasnya.

Namun, dengan rumor bahwa Samsung mungkin beralih sepenuhnya ke Snapdragon 8 Elite atau MediaTek Dimensity 9400 untuk seri Galaxy S25 mendatang, pengguna bisa berharap pada kinerja yang lebih stabil dan efisiensi daya yang lebih baik.

Sedangkan, penghentian pengembangan Exynos 2600 juga menunjukkan bahwa Samsung menghadapi tantangan besar untuk tetap bersaing dengan TSMC, terutama dalam hal teknologi fabrikasi chip canggih. Meskipun upaya peningkatan pada proses 2nm terus dilakukan, kemajuan yang signifikan belum terlihat.

Pembatalan Exynos 2600 menunjukkan kompleksitas dan tantangan besar yang dihadapi Samsung Foundry. Di tengah persaingan ketat dengan TSMC, langkah ini menjadi peringatan bahwa inovasi teknologi tidak selalu menjamin keberhasilan tanpa proses produksi yang matang.

BACA JUGA:

Bagi konsumen, meskipun ini bisa berarti performa yang lebih baik dari chipset alternatif, situasi ini tetap memengaruhi daya saing harga perangkat Samsung di masa depan. Samsung perlu mengambil langkah strategis untuk memastikan bahwa mereka tetap relevan di industri semikonduktor, baik melalui inovasi teknologi maupun efisiensi proses produksi. [FY/IF]

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI