Telset.id – Di tengah hiruk-pikuk pasar smartphone Indonesia, dua nama yang kerap muncul dalam percakapan adalah POCO dan Redmi. Keduanya berasal dari keluarga Xiaomi yang sama, namun apakah mereka benar-benar identik? Atau justru memiliki DNA yang berbeda? Pertanyaan ini sering mengemuka, terutama ketika Anda sedang mencari ponsel baru dengan budget terbatas namun tak mau kompromi dengan performa.
Bayangkan Anda sedang berdiri di depan rak ponsel, bingung memilih antara dua varian yang seolah mirip namun harganya berbeda. POCO dengan jargon “performance first”-nya atau Redmi yang menjanjikan keseimbangan sempurna? Keputusan ini tak sesederhana memilih antara kopi hitam dan kopi susu—keduanya berasal dari biji yang sama, namun proses penyajian dan rasa akhirnya sangat berbeda.

Mari kita telusuri lebih dalam asal-usul kedua brand ini. Redmi hadir lebih dulu di tahun 2013, sementara POCO baru bergabung pada 2018. Perbedaan lima tahun ini cukup signifikan dalam dunia teknologi. Redmi lahir dengan misi mulia: membuat smartphone berkualitas terjangkau bagi semua kalangan. Sementara POCO datang dengan pendekatan yang lebih spesifik—menyasar para pengguna yang mengutamakan performa tinggi dengan harga yang masih masuk akal.
Strategi positioning kedua brand ini seperti dua koki dengan spesialisasi berbeda. Redmi ibarat koki all-rounder yang memasak berbagai hidangan dengan kualitas konsisten dan harga terjangkau. Sedangkan POCO adalah koki spesialis steak—fokus pada satu hal (performa) dan berusaha memberikan yang terbaik dalam bidang tersebut dengan harga yang masih bisa dijangkau.
DNA yang Berbeda dalam Satu Keluarga
Meski berbagi supply chain dan infrastruktur manufacturing yang sama dengan Xiaomi, POCO dan Redmi memiliki pendekatan berbeda dalam mengalokasikan sumber daya. POCO cenderung lebih agresif dalam hal spesifikasi performa—prosesor level flagship, display dengan refresh rate tinggi, sistem pendingin yang lebih canggih. Namun, kompromi sering terjadi di area lain seperti kameradan material body.

Redmi, di sisi lain, mengambil pendekatan yang lebih seimbang. Mereka tidak terlalu ekstrem dalam mengejar performa tertinggi, namun memastikan semua aspek—dari kamera, baterai, hingga software—mendapat perhatian yang proporsional. Hasilnya? Smartphone yang mungkin tidak mencatat skor benchmark tertinggi, namun memberikan pengalaman penggunaan yang lebih rounded.
Baca Juga:
Target Audience: Gamer vs Pengguna Umum
Siapa sebenarnya yang menjadi target masing-masing brand? POCO jelas menyasar para mobile gaming enthusiast—mereka yang tidak hanya sekadar main game, tapi serius dengan performa. Bayangkan Anda adalah gamer yang menghabiskan berjam-jam bermain Genshin Impact atau Call of Duty Mobile. Untuk Anda, frame rate yang konsisten dan responsivitas touch lebih penting daripada kamera yang bisa mengambil foto portrait sempurna.

Redmi justru berbicara kepada audiens yang lebih luas. Ibu-ibu yang butuh ponsel untuk video call dengan anaknya di luar negeri, mahasiswa yang perlu device untuk kuliah online, atau profesional muda yang menginginkan smartphone serba bisa tanpa harus menjual ginjal. Mereka tidak membutuhkan prosesor tercepat di pasar, tapi menginginkan device yang reliable untuk semua kebutuhan sehari-hari.
Pertanyaannya: Anda termasuk yang mana? Apakah performa gaming adalah segalanya, atau Anda lebih menghargai keseimbangan fitur? Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan pilihan yang tepat antara POCO dan Redmi.
Kompromi Harga vs Fitur
Dalam dunia smartphone budget, setiap rupiah yang Anda keluarkan selalu ada trade-off-nya. POCO memilih kompromi di area tertentu untuk memberikan performa terbaik di harga tertentu. Mereka mungkin menggunakan material plastik daripada metal, atau sistem kamera yang lebih sederhana. Tapi sebagai gantinya, Anda mendapatkan chipset yang biasanya hanya ada di ponsel dua kali lipat harganya.

Redmi mengambil jalan berbeda. Mereka menjaga keseimbangan yang lebih hati-hati antara harga dan fitur. Hasilnya? Harga mungkin sedikit lebih tinggi dari POCO dengan spesifikasi serupa, namun Anda mendapatkan pengalaman yang lebih lengkap. Kamera yang lebih baik, build quality yang lebih premium, dan dukungan software yang lebih konsisten.
Baca Juga:
Lalu bagaimana dengan tren terbaru? Garis pemisah antara POCO dan Redmi semakin kabur belakangan ini. Redmi mulai meluncurkan smartphone dengan performa tinggi, sementara POCO juga merambah segmen entry-level. Bahkan tak jarang kita melihat smartphone yang sama diluncurkan dengan branding berbeda—seperti kembar identik dengan pakaian yang berbeda.
Contoh konkretnya bisa kita lihat dari Redmi A5 Airtel Exclusive Edition yang menawarkan pendekatan berbeda di pasar India. Sementara di sisi lain, Poco F8 Series bersiap dengan spesifikasi yang cukup membuat competitor nervous.
Jadi, mana yang harus Anda pilih? Jawabannya kembali ke kebutuhan spesifik Anda. Jika Anda adalah gamer hardcore atau power user yang mengutamakan performa di atas segalanya, dan tidak keberatan dengan beberapa kompromi di area lain—POCO adalah pilihan yang tepat. Tapi jika Anda menginginkan smartphone yang seimbang, dengan kamera yang bagus, build quality yang solid, dan pengalaman penggunaan yang lengkap—Redmi mungkin lebih cocok.
Yang pasti, baik POCO maupun Redmi telah membuktikan bahwa smartphone berkualitas tidak harus mahal. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing, dan pilihan terbaik selalu kembali kepada preferensi dan kebutuhan individual Anda. Bagaimanapun, di era dimana smartphone telah menjadi extension of ourselves, memilih device yang tepat bukan lagi sekadar urusan spesifikasi—tapi tentang menemukan partner digital yang sesuai dengan gaya hidup dan prioritas Anda.

