Pernahkah Anda membayangkan membeli konsol game seharga hampir Rp7 juta? Itu mungkin menjadi kenyataan bagi para penggemar Nintendo yang menantikan peluncuran Switch 2. Dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, Nintendo terpaksa menunda pre-order di AS untuk mengevaluasi dampak tarif impor baru yang diumumkan Presiden Donald Trump—kebijakan yang bisa mendongkrak harga konsol hingga melampaui $450.
Latar belakangnya, tarif baru Trump memberlakukan bea masuk hingga 54% untuk produk dari China, 46% dari Vietnam, dan 49% dari Kamboja—negara-negara tempat Nintendo memproduksi hardware-nya. Padahal, perusahaan telah berupaya memindahkan rantai pasokannya dari China sejak pandemi. “Ini menciptakan tantangan,” akui Doug Bowser, Presiden Nintendo of America, dalam wawancara eksklusif dengan WIRED. “Kami sedang menilai dampaknya.”
Yang membuat situasi semakin pelik: Nintendo sengaja mengabaikan informasi harga dalam pengumuman resmi Switch 2 pekan lalu—keputusan yang menuai kritik dari mantan staf PR mereka sendiri. Krysta Yang, salah satu kritikus, menyebut langkah ini “merendahkan kecerdasan konsumen”.
Dilema Harga di Tengah Gejolak Pasar
Dengan Switch OLED saat ini dibanderol $350, kenaikan harga Switch 2 ke $450 sudah menjadi lompatan signifikan. Jika tarif Trump diterapkan sepenuhnya, analis memprediksi harga bisa menyentuh $500—level yang belum pernah terjadi di industri konsol Nintendo.
Beberapa fakta krusial:
- Produksi sudah dialihkan ke Vietnam dan Kamboja untuk mitigasi risiko
- Program loyalitas baru akan membatasi pembelian per orang
- Game perdana seperti Mario Kart World dijual $80—standar baru yang kontroversial
Strategi Anti Scalper yang Unik
Untuk mencegah spekulan, Nintendo menerapkan sistem prasyarat ketat:
- Akun Nintendo aktif
- Langganan Nintendo Switch Online minimal 1 tahun
- Catatan bermain 50 jam
“Kami ingin memastikan konsol sampai di tangan pemain setia,” jelas Bowser. Langkah ini dinilai lebih efektif dibatasi pembelian konvensional.
Efek Domino di Industri Game
Menurut Asosiasi Perangkat Lunak Hiburan (ESA), dampak tarif tidak akan berhenti di Nintendo. “Jika ada yang mengira hanya Switch 2 yang terkena imbas, mereka salah besar,” tegas juru bicara ESA Aubrey Quinn kepada IGN.
Di tengah ketidakpastian ini, Nintendo berharap demo publik di event global bisa meyakinkan fans bahwa Switch 2 layak dengan harga premium. “Ini generasi baru platform kami,” janji Bowser. Tapi dengan daya beli global yang masih pulih pasca-pandemi, perusahaan mungkin harus bekerja ekstra keras meyakinkan pasar.
Yang pasti, keputusan Nintendo dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi penanda arah industri game menghadapi era proteksionisme baru. Bagi gamer, bersiaplah: era konsol mahal mungkin sudah di depan mata.