Telset.id, Jakarta – Ketegangan dalam perang dagang teknologi antara Amerika Serikat dan China semakin meningkat setelah empat kelompok industri semikonduktor China menyatakan bahwa chip buatan AS dianggap tidak aman.
Dalam pernyataan yang dirilis pekan ini, kelompok tersebut mendorong perusahaan dan lembaga di China untuk memprioritaskan penggunaan chip lokal atau chip dari negara lain selain Amerika Serikat.
Kelompok-kelompok industri semikonduktor ini, termasuk Asosiasi Perusahaan Komunikasi Tiongkok, mendesak pemerintah China untuk melakukan pemeriksaan ketat terhadap rantai pasokan chip guna memastikan bahwa infrastruktur penting tidak terpengaruh oleh ancaman keamanan.
BACA JUGA:
- Saingi Qualcomm dan MediaTek, Xiaomi Bakal Rilis Chip 3nm
- Gegara Huawei, TSMC Hentikan Produksi Chip AI untuk Perusahaan China
Meski demikian, peringatan ini belum menjadi aturan hukum yang mengikat, tetapi sinyalnya cukup jelas, China semakin serius mengurangi ketergantungannya pada teknologi AS.
Langkah ini mengikuti kebijakan sebelumnya di mana pemerintah China mulai mengganti chip Intel dan AMD dari perangkat pemerintah dan jaringan telekomunikasi nasional. Seruan ini sejalan dengan upaya Beijing untuk memperkuat industri teknologi domestiknya di tengah larangan dan sanksi yang terus diberlakukan oleh AS.
Asosiasi Industri Semikonduktor AS, yang beranggotakan perusahaan seperti Nvidia, AMD, Qualcomm, Intel, dan IBM, menolak tuduhan tersebut. Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh Reuters, asosiasi itu menyebut klaim China sebagai “tidak akurat” dan menyayangkan upaya terkoordinasi untuk membatasi pengadaan chip buatan AS.
“Seruan ini tidak membantu dalam menciptakan lingkungan bisnis yang sehat,” ujar perwakilan asosiasi.
Perseteruan ini bukanlah hal baru. Sebelumnya, China melarang chip buatan Micron dengan alasan risiko keamanan nasional, yang dibantah oleh pihak Micron. Sebaliknya, AS telah menjatuhkan sanksi pada raksasa teknologi China seperti Huawei, dengan alasan potensi ancaman terhadap keamanan nasional AS.
Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan meningkat ketika AS memperluas larangan ekspor teknologi ke China. Pemerintah AS melarang pengiriman chip AI ke China dan membatasi penjualan peralatan pembuat chip kepada lebih dari 140 perusahaan di negara tersebut. Sebagai balasan, China membatasi ekspor logam penting seperti galium, antimon, dan germanium yang digunakan dalam industri semikonduktor global.
Perseteruan ini memiliki dampak luas terhadap rantai pasokan teknologi global. Perusahaan semikonduktor di seluruh dunia, termasuk Taiwan Semiconductor Manufacturing Corp (TSMC), berada di tengah tekanan geopolitik ini. TSMC, misalnya, diperintahkan oleh AS untuk menghentikan pengiriman chip AI ke China setelah ditemukan salah satu produknya digunakan dalam perangkat Huawei.
Selain itu, keputusan China untuk membatasi ekspor logam penting dapat memperlambat produksi semikonduktor global dan memengaruhi perusahaan teknologi besar seperti Apple, Nvidia, dan lainnya yang sangat bergantung pada komponen ini.
BACA JUGA:
- Chip Baru Qualcomm Bakal Diproduksi Samsung dan TSMC?
- Partai Demokrat California Mau Hentikan Embargo Huawei
Klaim China bahwa chip buatan AS berbahaya menambah lapisan baru dalam konflik teknologi antara dua negara adidaya ini. Di satu sisi, langkah ini mendorong kemandirian teknologi China. Di sisi lain, sanksi dan larangan yang diterapkan AS terhadap China juga semakin memperuncing persaingan di sektor semikonduktor.
Dalam jangka panjang, konflik ini dapat memicu perubahan besar dalam industri teknologi global, memaksa negara dan perusahaan untuk menyesuaikan strategi mereka di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik.