Telset.id, Jakarta – Ajang balap drone sepertinya akan semakin digemari, seiring meroket popularitas drone di banyak negara. Tak hanya tingkat lokal, kompetisi balap drone tingkat dunia baru-baru ini telah digelar di Dubai.
Demam balap drone ternyata juga masuk ke kampus. University of Florida di Amerika Serikat belum lama ini juga menggelar lomba balap drone. Tapi ajang ini terlihat istimewa dan unik, karena adu balap drone ini dikendalikan oleh pikiran sang pilot.
Apa yang dilakukan oleh para mahasiswa di Universitas Florida ini memang nampak keren, karena kita seperti melihat adegan yang ada di film X-Men, dimana dengan menggunakan kekuatan pikiran, orang bisa menggerakkan sebuah benda.
Menurut Juan Gilbert, seorang professor ilmu komputer di Universitas Florida, lomba balap drone dengan brain-computer interface (BCI) yang mereka selenggarakan adalah yang pertama di dunia.
Untuk menjalankan drone, para pilot drone yang bertanding menggunakan headset electroencephalogram dengan teknologi Brain Computer Interface. Perangkat ini berfungsi untuk membaca atau menerjemahkan sinyal elektrik yang terpancar dari syaraf otak pengguna.
Perangkat canggih ini dapat membaca aktivitas otak pengguna. Aktivitas yang terekam itulah yang kemudian diterjemahkan sebagai perintah untuk mengendalikan drone, seperti “maju ke depan” atau “berbelok ke kanan dan kiri”.
“Kami belajar untuk menavigasi drone berdasarkan pola perintah otak untuk hal-hal tertentu yang Anda pikirkan,” kata Gilbert, seperti dikutip Telset.id dari Cnet.
Sebanyak 16 pilot ikut berpartisipasi dalam ajang balap drone menggunakan teknologi brain computer interface ini. Para mahasiswa mengatakan bahwa tujuan dari diadakannya lomba ini adalah untuk membuat pengguna bisa merasa lebih nyaman saat memakai perangkat brain computer interface.
Teknologi brain computer interface awalnya dikembangkan untuk membantu para penderita kelumpuhan untuk bisa mengontrol perangkat computer, bermain video game ataupun meditasi. Belakangan, teknologi ini digunakan untuk keperluan lain, mulai dari menggerakkan kursi roda, robot, dan kini drone.
Meski dikembangkan dengan alasan medis (membantu pasien lumpuh), namun teknologi ini juga tidak lepas dari kritikan. Sejumlah penggiat privasi telah menyatakan keprihatinan mereka, karena teknologi ini dianggap bisa disalahgunakan untuk membaca pola cara kerja otak dari para pengguna, dan digunakan untuk kebutuhan lain.
Teknologi ini sendiri dikatakan masih belum sempurna dan akan terus dikembangkan. Namun para mahasiswa di Universitas Florida mengatakan bahwa teknologi brain computer interface yang dipakai dalam lomba balap drone ini bisa digunakan untuk berbagai bidang.[HBS]