Telset.id – Hanya beberapa minggu setelah peluncurannya, iPhone 17 Pro sudah menjadi buah bibir. Namun, bukan karena fitur revolusionernya, melainkan karena kekhawatiran akan daya tahannya. Isu yang dijuluki “Scratchgate” ini dengan cepat menyebar di dunia maya, mempertanyakan integritas material ponsel flagship terbaru Apple tersebut. Apakah ini sekadar badai dalam gelas, ataukah ada masalah serius di balik bodi aluminium yang diklaim lebih ringan dan lebih dingin ini?
Demo unit iPhone 17 Pro di berbagai gerai retail dilaporkan menunjukkan tanda-tanda keausan yang tidak biasa, khususnya di sekitar tepian tajam rumah kamera. Bagi calon pembeli yang datang ke toko, pemandangan ini tentu mengganggu. Bagaimana mungkin ponsel seharga puluhan juta rupiah menunjukkan tanda seperti itu hanya dalam hitungan minggu? Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh hasil uji ketahanan dari pihak independen seperti iFixit dan YouTuber ternama, JerryRigEverything. Tes mereka menunjukkan bahwa lapisan anodized pada rangka aluminium dapat terkelupas ketika tergores benda logam, meninggalkan bercak yang jelas terlihat.
Namun, Apple memiliki penjelasan yang berbeda. Dalam pernyataan resmi yang dibagikan kepada 9to5Mac, raksasa teknologi asal Cupertino itu membantah bahwa tanda-tanda tersebut adalah goresan permanen akibat pemakaian normal. Perusahaan menyebutnya sebagai “material transfer” atau perpindahan material dari dudukan MagSafe yang digunakan di display toko. Menurut Apple, residu ini dapat dibersihkan dan tidak mewakili kerusakan permanen. Mereka juga menegaskan bahwa fenomena serupa dapat terjadi pada iPhone generasi lama atau produk Apple lain yang memiliki permukaan aluminium anodized. Lantas, siapa yang benar dalam polemik ini?
Dua Sisi Cerita “Scratchgate”
Di satu sisi, penjelasan Apple terdengar masuk akal. Lingkungan toko dengan ratusan pengunjung yang mencoba-coba perangkat tentu berbeda dengan penggunaan pribadi yang lebih terkontrol. Namun, di sisi lain, laporan dari iFixit menunjukkan sesuatu yang lebih mengkhawatirkan. Pengujian mereka mengindikasikan bahwa pemakaian normal—seperti memasukkan ponsel ke dalam saku atau meletakkannya di atas meja—dapat dengan cepat mengikis lapisan cat di tepian rumah kamera yang tajam hanya dalam hitungan hari. Ini menjadi masalah signifikan mengingat Apple sendiri aktif mempromosikan penggunaan iPhone tanpa case untuk menikmati desainnya yang ramping.
Jika Anda adalah tipe pengguna yang lebih suka membiarkan iPhone “telanjang,” kekhawatiran ini mungkin valid. Kontak sehari-hari dengan serat kain, debu, atau partikel kecil di saku celana bisa saja meninggalkan jejak yang lebih dari sekadar residu yang bisa dihapus. Apalagi, keausan yang dilaporkan oleh para penguji independen ini tampaknya melampaui jenis residu yang dapat dibersihkan seperti yang dijelaskan Apple. Ini memunculkan pertanyaan mendasar: apakah pengorbanan daya tahan adalah harga yang harus dibayar untuk bodi yang lebih ringan?
Baca Juga:
Perubahan material dari titanium ke aluminium pada iPhone 17 Pro memang membawa konsekuensi tersendiri. Seperti yang terlihat dalam perbandingan uji jatuh dengan Galaxy S25 Ultra, ada trade-off yang jelas antara ringannya bobot dengan ketahanan terhadap benturan. Keputusan desain ini sejalan dengan filosofi Apple untuk menciptakan perangkat yang lebih ergonomis, namun tampaknya meninggalkan kerentanan di area tertentu. Bagi sebagian pengguna, pengurangan berat beberapa gram mungkin sepadan dengan risiko ini. Tapi bagi mereka yang mengutamakan daya tahan, ini bisa menjadi pertimbangan serius.
Lebih Dalam tentang Material dan Desain
Perdebatan seputar iPhone 17 Pro ini mengingatkan kita pada diskusi serupa yang pernah terjadi di industri otomotif. Ketika produsen mobil beralih dari baja ke aluminium untuk mengurangi berat kendaraan, kekhawatiran serupa muncul mengenai daya tahan dan perbaikan. Dalam konteks smartphone, perbandingan antara iPhone 17 Pro dan pesaing seperti Xiaomi 15 Ultra menunjukkan bagaimana pendekatan yang berbeda terhadap material dapat menghasilkan produk dengan karakteristik yang sangat berbeda.
Pertanyaan besarnya adalah: seberapa signifikan masalah ini dalam penggunaan sehari-hari? Jika Anda adalah tipe pengguna yang selalu menggunakan case pelindung—seperti kebanyakan pemilik iPhone—maka kemungkinan besar Anda tidak akan mengalami masalah ini. Namun, bagi mereka yang membeli iPhone 17 Pro Max dengan harga Rp 30 juta dengan harapan dapat menikmati desain premium tanpa kompromi, kekhawatiran tentang goresan ini sangat masuk akal. Apalagi jika dibandingkan dengan pilihan lain seperti iPhone Air yang lebih tipis atau menunggu perkembangan software seperti Final Cut Camera 2.0 yang khusus dirancang untuk kamera iPhone 17 Pro.
Pada akhirnya, “Scratchgate” mungkin bukan akhir dari dunia untuk iPhone 17 Pro, tetapi ini adalah pengingat penting bahwa setiap pilihan desain memiliki konsekuensi. Sebagai konsumen, yang terpenting adalah memahami trade-off ini sebelum membuat keputusan pembelian. Jika daya tahan adalah prioritas utama Anda, mungkin bijaksana untuk mempertimbangkan penggunaan case pelindung atau bahkan membandingkan dengan alternatif lain di pasar. Namun, jika Anda jatuh cinta pada desain ramping dan ringan iPhone 17 Pro, menerima sedikit kerentanan mungkin adalah harga yang harus dibayar untuk estetika yang diinginkan.