Telset.id – Jika Anda mengira dominasi Samsung di pasar ponsel lipat tak tergoyahkan, laporan terbaru dari TrendForce mungkin akan mengejutkan. Huawei kini berada hanya satu langkah di belakang raksasa Korea Selatan itu, dengan selisih market share kurang dari 1% di tahun 2025. Padahal, pasar ponsel lipat global sendiri tumbuh stagnan dengan proyeksi 19,8 juta unit tahun depan—hanya 1,6% dari total pasar smartphone.
Lambatnya pertumbuhan ini sebenarnya bisa dimaklumi. Setelah tahun-tahun awal yang spektakuler, ponsel lipat kini memasuki fase konsolidasi. Tapi justru di tengah kondisi ini, Huawei menunjukkan ketangguhannya. Bagaimana perusahaan asal Tiongkok ini bisa bangkit di tengah sanksi AS dan tanpa dukungan Google? Simak analisis mendalam dari Telset.id.
Persaingan Sengit di Pasar yang Stagnan
Data TrendForce mengungkap fakta menarik: pangsa Samsung diprediksi turun dari 45,2% (2024) menjadi 35,4% (2025). Sementara Huawei justru naik ke posisi kedua dengan 34,3%. Artinya, selisih keduanya hanya 1,1%—pertarungan yang sangat ketat untuk pasar premium.
“Strategi Huawei yang fokus pada pasar domestik China ternyata membuahkan hasil,” kata analis Telset.id. “Mereka berhasil membangun ekosistem HarmonyOS yang solid sebagai pengganti Android, sambil terus berinovasi di segmen lipat.”
Bukan hanya Huawei yang menunjukkan performa kuat. Brand China lain seperti Honor diproyeksikan naik dari 6% ke 9,1%, sementara Lenovo (Motorola) menguat berkat lini Razr yang kembali populer. Xiaomi juga tak mau ketinggalan dengan MIX Flip-nya.
Baca Juga:
Faktor Kunci Kesuksesan Huawei
Keberhasilan Huawei tak lepas dari tiga strategi utama: pertama, penguasaan teknologi hinge (engsel) yang mereka klaim lebih tahan lama. Kedua, integrasi ekosistem HarmonyOS yang semakin matang. Ketiga, strategi harga yang lebih agresif dibanding Samsung di pasar China.
Menariknya, meski tanpa Google Mobile Services (GMS), ponsel lipat Huawei justru laris di pasar domestik. “Ini membuktikan bahwa di China, ekosistem lokal seperti HarmonyOS dan AppGallery sudah cukup kuat,” tambah analis kami.
Lalu bagaimana dengan masa depan? TrendForce memprediksi pasar akan tetap datar tahun ini, tapi bisa bangkit lagi di 2026—terutama jika Apple benar-benar meluncurkan iPhone lipat seperti bocoran yang beredar.
Sementara menunggu gebrakan Apple, pertarungan Samsung vs Huawei di segmen premium semakin seru. Apalagi dengan kehadiran pemain baru seperti Motorola Razr edisi khusus dan inovasi lipat tiga dari TECNO yang siap mengguncang pasar.
Jadi, apakah tahun depan kita akan melihat Huawei menggeser Samsung dari tahta? Atau justru Apple yang akan mengubah peta persaingan? Satu yang pasti: persaingan di pasar ponsel lipat semakin panas dan menguntungkan konsumen.