Telset.id – Ingin membeli tablet baru untuk tahun depan? Mungkin Anda perlu mempertimbangkan untuk segera membelinya sekarang. Pasalnya, gelombang kenaikan harga perangkat elektronik konsumen, khususnya tablet, mulai terasa. Honor secara resmi mengonfirmasi bahwa mereka akan menaikkan harga jual lini tabletnya, menyusul langkah serupa yang telah diambil oleh Xiaomi lebih dulu di pasar China. Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar?
Pengumuman resmi ini datang langsung dari jenderal manajer divisi tablet dan IoT Honor melalui platform Weibo. Intinya sederhana namun tegas: perusahaan tidak lagi mampu menahan tekanan dari kenaikan biaya komponen memori dan penyimpanan (storage) yang terus melonjak. Pihaknya bahkan secara terbuka menasihati konsumen untuk segera membeli tablet sebelum kebijakan harga baru diberlakukan. Ini bukan sekadar strategi pemasaran, melainkan sinyal nyata dari tekanan struktural yang sedang menghantam industri teknologi. Seperti yang pernah kami bahas sebelumnya, lonjakan harga komponen memori ini memiliki akar masalah yang dalam, terkait pergeseran fokus produsen chip ke sektor yang lebih menguntungkan.
Lalu, seberapa parah kenaikan harga komponen ini? Data dari firma riset pihak ketiga menyebutkan, sejak bulan September, harga spot untuk DRAM dan NAND flash telah melonjak lebih dari 300 persen. Angka yang fantastis dan sulit diabaikan. Analis menyoroti penyebab utamanya: ledakan permintaan dari pusat data Artificial Intelligence (AI). Chip-chip yang seharusnya dialokasikan untuk smartphone, tablet, dan laptop konsumen, kini banyak dialihkan untuk memenuhi kebutuhan server AI yang haus akan memori berkapasitas besar. Pergeseran pasokan ini menciptakan kelangkaan di pasar konsumen, yang secara langsung mendongkrak harga. Ini adalah bagian dari krisis chip global yang lebih luas yang berpotensi memicu kenaikan harga berbagai perangkat elektronik.
Baca Juga:
Xiaomi, raksasa elektronik asal China, menjadi salah satu yang pertama merespons kondisi pasar ini. Mereka telah menyesuaikan harga beberapa model tablet andalannya. Sebagai contoh, harga awal Xiaomi Pad 8 naik dari 2.199 yuan (sekitar Rp 4,7 juta) menjadi 2.299 yuan (sekitar Rp 4,9 juta). Sementara itu, varian yang lebih tinggi, Pad 8 Pro, juga mengalami kenaikan dari 2.799 yuan menjadi 2.899 yuan. Lini Redmi Pad 2 bahkan mengalami penyesuaian yang seragam sebesar 200 yuan untuk semua variannya, membuat model entry-level-nya sekarang mulai dari 1.199 yuan. Kenaikan ini mungkin terlihat kecil secara nominal, tetapi dalam pasar yang kompetitif seperti tablet, pergeseran seratusan ribu rupiah bisa sangat mempengaruhi pertimbangan pembeli.
Dengan Honor yang kini menyusul, pertanyaannya adalah: siapa berikutnya? Para ahli industri memprediksi bahwa lebih banyak merek akan menerapkan kenaikan harga serupa. Namun, kenaikan harga bukan satu-satunya opsi. Beberapa brand mungkin memilih strategi lain yang lebih halus, seperti menurunkan spesifikasi perangkat secara diam-diam (downgrade) atau melakukan redistribusi biaya di sepanjang rantai pasokan untuk menjaga harga tetap stabil di mata konsumen. Tentu, strategi terakhir ini memiliki konsekuensinya sendiri terhadap kualitas atau margin keuntungan.
Dampaknya tidak berhenti di tablet dan smartphone saja. Komponen PC yang terkait erat dengan RAM dan penyimpanan, seperti SSD dan modul memori, juga diperkirakan akan mengalami kenaikan harga. Beberapa analis memproyeksikan harga revisi untuk komponen PC ini akan mulai terlihat tahun depan. Situasi saat ini sudah cukup panas, dan potensi keluarnya pemain besar seperti Samsung dari sebagian segmen pasar memori konsumen bisa mendorong biaya menjadi semakin tinggi. Ini adalah efek domino yang nyata.
Lalu, apa yang bisa dilakukan konsumen? Jika Anda memang sedang merencanakan untuk membeli tablet dalam beberapa minggu ke depan, saran dari manajer Honor itu mungkin patut dipertimbangkan: bertindak cepat. Namun, keputusan membeli sekarang atau nanti juga perlu dipertimbangkan dengan matang. Di sisi lain, tekanan harga ini mungkin juga akan mendorong inovasi dari sisi efisiensi. Produsen chip seperti Qualcomm, dengan janji kinerja tinggi tanpa kenaikan harga untuk Snapdragon 8 Elite Gen 2, mungkin akan menjadi penyeimbang. Selain itu, langkah-langkah seperti kenaikan standar minimum perangkat Android oleh Google bisa memastikan bahwa kenaikan harga diiringi dengan peningkatan kualitas yang terukur, meski hal itu tetap menjadi tantangan tersendiri.
Pada akhirnya, konfirmasi dari Honor ini adalah pengingat bahwa pasar teknologi tidak hidup dalam ruang hampa. Ia terpengaruh oleh gejolak ekonomi, pergeseran tren industri, dan persaingan sumber daya. Lonjakan harga chip memori, yang didorong oleh demam AI, kini sampai juga ke genggaman tangan kita. Bagi industri, ini adalah ujian ketahanan dan strategi. Bagi konsumen, ini adalah momen untuk lebih cermat dan mungkin, sedikit lebih cepat dalam mengambil keputusan. Gelombang kenaikan harga telah dimulai, dan tablet hanyalah yang pertama terdampak. Apakah smartphone akan menjadi berikutnya? Waktu yang akan menjawabnya.

