Fast Charging Samsung Tak Sekencang HP China, Kok Bisa?

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Di tengah persaingan ketat industri smartphone, teknologi fast charging menjadi salah satu inovasi paling signifikan. Fitur ini menawarkan kecepatan pengisian daya yang luar biasa, menjawab kebutuhan pengguna akan efisiensi waktu.

Namun, meskipun smartphone asal Tiongkok seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo telah mencatat kemajuan pesat dalam hal ini, Samsung dan Apple masih dianggap tertinggal dibandingkan kompetitornya.

Bahkan, produsen smartphone asal Tiongkok telah mendominasi pasar dengan menawarkan teknologi fast charging hingga lebih dari 200W. Contohnya adalah Realme GT 5 yang mendukung pengisian daya cepat 240W. Teknologi seperti ini memungkinkan baterai terisi penuh hanya dalam beberapa menit, sesuatu yang belum dapat dicapai oleh Samsung hingga saat ini.

BACA JUGA:

Keunggulan brand-brand tersebut tidak lepas dari investasi besar dalam penelitian dan pengembangan. Mereka memperkenalkan inovasi seperti sistem baterai sel ganda, di mana dua sel baterai dapat diisi secara bersamaan untuk mempercepat proses tanpa mengorbankan daya tahan baterai.

Hingga saat ini, Samsung menawarkan kecepatan pengisian daya maksimum 45W pada beberapa perangkat flagship seperti Galaxy S23 Ultra. Meskipun kecepatan ini cukup memadai, angka tersebut masih jauh di bawah standar yang telah ditetapkan oleh kompetitor asal Tiongkok.

Alasan utama di balik pendekatan konservatif Samsung adalah fokus pada daya tahan baterai jangka panjang. Samsung khawatir bahwa kecepatan pengisian daya yang terlalu tinggi dapat memengaruhi kesehatan baterai dalam jangka waktu lama.

Selain itu, Samsung juga mempertimbangkan aspek keamanan, terutama setelah insiden Galaxy Note 7 beberapa tahun lalu yang membuat brand ini sangat berhati-hati dalam hal teknologi baterai. Namun, pendekatan ini mulai dipertanyakan, mengingat kompetitor telah membuktikan bahwa fast charging tidak selalu harus mengorbankan keamanan maupun kesehatan baterai.

Meski tertinggal, Samsung tidak tinggal diam. Perusahaan ini terus berupaya mengejar ketertinggalan melalui pengembangan teknologi pengisian daya generasi berikutnya.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa Samsung sedang mengembangkan teknologi fast charging hingga 65W yang kemungkinan akan diterapkan pada perangkat flagship masa depan seperti Galaxy S24 Ultra.

Samsung juga berinvestasi dalam penelitian baterai anoda silikon-karbon, yang memungkinkan kapasitas baterai lebih besar tanpa peningkatan ukuran fisik. Teknologi ini diharapkan dapat mendukung pengisian daya lebih cepat tanpa risiko overheating atau penurunan daya tahan baterai.

Untuk bersaing dengan brand seperti Xiaomi dan Oppo, Samsung harus mengatasi tantangan dalam meningkatkan kecepatan pengisian daya, memastikan keamanan dan efisiensi teknologi, serta menciptakan solusi yang lebih portabel untuk adaptornya.

Meskipun Samsung belum memimpin dalam teknologi fast charging, ekosistem perangkatnya yang luas tetap menjadi keunggulan.

Dengan integrasi antara smartphone, tablet, dan perangkat wearable, Samsung dapat menciptakan pengalaman pengisian daya yang lebih terhubung dan efisien. Misalnya, fitur Wireless PowerShare memungkinkan pengguna mengisi daya perangkat lain menggunakan smartphone Samsung mereka.

Teknologi fast charging Samsung terus berkembang, meskipun masih tertinggal dibandingkan kompetitor. Dengan inovasi yang sedang dikembangkan, Samsung berpeluang besar untuk mempersempit kesenjangan teknologi ini dalam beberapa tahun mendatang.

BACA JUGA:

Bagi pengguna, kecepatan pengisian daya bukan satu-satunya faktor yang menentukan kualitas perangkat. Keamanan, daya tahan baterai, dan efisiensi keseluruhan tetap menjadi aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Dengan pendekatan menyeluruh, Samsung dapat menciptakan teknologi fast charging yang tidak hanya cepat, tetapi juga andal dan aman untuk penggunaan jangka panjang. [FY/IF]

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI