Telset.id – Bayangkan drone yang bisa terbang lebih lama, robot humanoid yang bekerja tanpa henti, atau perangkat IoT yang lebih efisien. Itu semua bukan lagi sekadar impian, berkat terobosan terbaru dari Eve Energy, salah satu produsen baterai terbesar di China. Perusahaan ini baru saja memulai produksi massal baterai solid-state, dan yang menarik, pasar pertama yang mereka bidik bukanlah mobil listrik, melainkan drone dan robot!
Mengapa drone? Ternyata, baterai bisa menyumbang hampir 40-50% dari total berat drone. Setiap gram yang bisa dihemat atau setiap peningkatan efisiensi energi akan langsung berdampak pada durasi terbang. Eve Energy memahami betul hal ini, dan dengan baterai solid-state baru mereka, mereka menjanjikan lompatan signifikan dalam kepadatan energi dan stabilitas termal.
Pabrik baru Eve Energy di Chengdu telah mulai memproduksi sel baterai berkapasitas 10 Ah yang menggunakan elektrolit padat berbasis sulfida. Sel-sel ini dapat digabungkan menjadi paket 60 Ah yang dirancang khusus untuk kendaraan udara tak berawak, robot humanoid seperti Tesla Optimus, serta perangkat IoT berbasis AI. Dengan kepadatan energi sekitar 300 Wh/kg, baterai ini melampaui baterai lithium-ion konvensional yang biasanya hanya mencapai 200 Wh/kg.
Selain kepadatan energi yang lebih tinggi, desain solid-state menghindari banyak masalah yang sering dialami baterai dengan elektrolit cair. Baterai ini bekerja lebih baik dalam suhu ekstrem dan menawarkan stabilitas termal yang lebih kuat—fitur penting untuk drone atau robot yang diharapkan beroperasi di lingkungan yang menantang.
Meskipun perusahaan seperti CATL dan Panasonic berpendapat bahwa teknologi solid-state masih terlalu mahal untuk mobil listrik hingga akhir dekade ini, Eve Energy mengambil pendekatan berbeda dengan menargetkan pasar skala kecil terlebih dahulu. Situs Chengdu diperkirakan akan mencapai kapasitas tahunan 100 MWh pada 2026, dengan roadmap menuju sel yang lebih padat hingga 400 Wh/kg.
Baca Juga:
Perlu dicatat bahwa angka 800–850 Wh/L yang sering dikutip untuk baterai silikon-karbon di ponsel China baru-baru ini (seperti 805 Wh/L di OnePlus 13) tidak dapat dibandingkan langsung dengan spesifikasi Eve Energy. Itu adalah angka kepadatan energi volumetrik, sementara spesifikasi Eve diberikan dalam Wh/kg—dan karena rasio berat terhadap volume mungkin berbeda antara kedua jenis baterai, perbandingan langsung tidak tepat.
Eve Energy bukan satu-satunya pemain yang mengincar pasar ini. Awal tahun ini, perusahaan Kanada Avidrone memamerkan drone kargo yang ditenagai oleh paket solid-state dari Factorial. Namun, dengan produksi massal yang sudah berjalan, Eve Energy tampaknya siap mendorong teknologi ini dari lab ke penggunaan dunia nyata lebih cepat daripada kebanyakan.
Dengan perkembangan seperti ini, masa depan teknologi drone, robotika, dan IoT terlihat semakin cerah. Eve Energy tidak hanya membuktikan bahwa baterai solid-state sudah layak secara komersial, tetapi juga menunjukkan bahwa inovasi seringkali dimulai dari aplikasi niche sebelum akhirnya merambah ke pasar yang lebih besar.
Jadi, apakah kita akan segera melihat drone dengan daya tahan terbang yang jauh lebih lama? Atau robot humanoid yang bisa bekerja tanpa henti? Jawabannya mungkin lebih dekat dari yang kita kira, berkat terobosan Eve Energy ini.