Telset.id, Jakarta – Film The Flash yang dirilis pada tahun 2023 menjadi salah satu kegagalan terbesar dalam sejarah film superhero modern. Dengan biaya produksi sekitar $200 juta (sekitar Rp3 triliun), film ini hanya menghasilkan $271 juta (sekitar Rp4,1 triliun) di box office global, jauh dari ekspektasi studio Warner Bros. Pictures.
Meski angka tersebut tidak seburuk beberapa film superhero lainnya, seperti Madame Web atau Kraven the Hunter, film ini dianggap gagal karena tidak mampu menarik audiens dari berbagai demografi.
Sutradara Andy Muschietti, yang sebelumnya sukses dengan film IT (2017) dan IT: Chapter Two (2019), memberikan pandangan terkait kegagalan film ini.
BACA JUGA:
- Asyik! James Gunn Konfirmasi Kehadiran Batman di DCU
- Alasan di Balik Penundaan Film “The Batman Part II” hingga 2027
Dalam wawancara di Radio Tu’s La Baulera del Coso, ia menjelaskan bahwa The Flash tidak mampu menarik audiens empat kuadran atau sebutan untuk empat segmen demografi utama dalam perfilman, yaitu pria dan wanita dari kelompok usia muda dan dewasa.
“Film ini gagal karena tidak mampu menarik semua kuadran,” ujar Muschietti. “Ketika Anda menghabiskan $200 juta untuk membuat film, studio ingin semua orang, termasuk nenek Anda, pergi ke bioskop.”
Selain itu, Muschietti juga menyoroti kurangnya minat audiens terhadap karakter utama, The Flash. “Dalam percakapan pribadi, saya menemukan bahwa banyak orang tidak peduli dengan karakter The Flash, terutama dari kalangan wanita,” tambahnya.
Ketika dibandingkan dengan karakter DC lain seperti Batman, Superman, dan Wonder Woman, The Flash tampaknya tidak memiliki daya tarik universal yang sama. Karakter ini lebih dikenal sebagai anggota Justice League dibandingkan sebagai pahlawan mandiri. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Warner Bros. gagal menarik penonton yang lebih luas.
Di sisi lain, pemasaran film juga kurang efektif dalam membangun antusiasme publik. Dengan anggaran besar, Warner Bros. berharap The Flash dapat menjadi penyegar baru bagi proyek DC Extended Universe (DCEU), tetapi hasilnya justru mengecewakan.
Kegagalan The Flash juga menandai akhir yang antiklimaks untuk DCEU. Namun, hal ini tidak memengaruhi karier Andy Muschietti. Sebaliknya, ia telah ditunjuk untuk menyutradarai film The Brave and the Bold, yang akan memperkenalkan Batman dan Robin versi baru dalam DC Universe yang direvitalisasi oleh James Gunn dan Peter Safran.
Kegagalan The Flash menjadi pengingat bagi Hollywood bahwa produksi film superhero tidak cukup hanya mengandalkan nama besar atau efek visual canggih. Film harus mampu menarik minat audiens yang beragam dengan cerita yang menarik dan karakter yang relevan.
BACA JUGA:
- Menelisik Format Penghargaan The Game Awards Hingga Tahun 2024
- Menegangkan! Ini Rekomendasi 5 Film Thriller Netflix untuk Natal
The Flash kini tersedia untuk streaming di platform Max, memungkinkan penonton untuk mengevaluasi sendiri film ini. Bagi Warner Bros., pengalaman ini menjadi pelajaran penting dalam membangun franchise superhero di masa depan.