Telset.id – Platform media sosial TikTok baru-baru ini mengambil langkah tegas dengan memblokir hasil pencarian untuk hashtag #SkinnyTok. Keputusan ini muncul setelah kritik dari berbagai pihak yang menyoroti konten-konten di bawah tagar tersebut sebagai pemicu gangguan makan dan perilaku diet berisiko. Lantas, seberapa efektif langkah ini dalam melindungi pengguna?
Menurut laporan Reuters, TikTok secara diam-diam telah menghentikan tampilan hasil pencarian untuk #SkinnyTok. Tagar ini sebelumnya kerap dikaitkan dengan video yang mempromosikan standar tubuh tidak realistis, diet ekstrem, hingga konten berbahaya bagi kesehatan mental. Prancis menjadi salah satu negara yang paling vokal menentang keberadaan konten semacam ini. Menteri Negara Urusan Digital Prancis, Clara Chappaz, bahkan telah mengampanyekan pelarangan #SkinnyTok sejak April lalu.
“Video-video yang mempromosikan ketubuhan ekstrem ini sangat memprihatinkan dan sama sekali tidak bisa diterima,” tegas Chappaz. “Alat digital adalah kemajuan yang luar biasa untuk kebebasan berekspresi, tetapi jika disalahgunakan, mereka bisa menghancurkan hidup orang-orang… jejaring sosial tidak boleh lepas dari tanggung jawabnya.”
Efektivitas Pemblokiran: Solusi atau Sekadar Tempelan?
Meski langkah pemblokiran hashtag seperti #SkinnyTok patut diapresiasi, para ahli mempertanyakan efektivitasnya. Brooke Erin Duffy, profesor dari Cornell University, menyatakan bahwa pengguna yang ingin mencari konten serupa tetap bisa menemukan cara untuk menghindari sistem moderasi platform. “Pengguna itu cerdas. Mereka tahu bagaimana cara bekerja di sekitar platform dan menghindari sistem moderasi konten,” ujarnya kepada The New York Times.
Ini bukan pertama kalinya TikTok berupaya menangani konten yang berpotensi memicu gangguan makan. Pada 2020, mereka membatasi iklan yang dinilai “mempromosikan citra tubuh negatif atau berbahaya,” seperti aplikasi puasa dan suplemen penurunan berat badan. Kemudian pada 2021, TikTok bekerja sama dengan National Eating Disorder Association (NEDA) untuk menyediakan lebih banyak sumber daya bagi pengguna yang berjuang melawan gangguan makan.
Baca Juga:
Langkah TikTok: Progresif atau Setengah Hati?
Meski upaya TikTok patut diapresiasi, banyak yang menilai langkah-langkah tersebut masih bersifat reaktif dan tidak menyeluruh. Pemblokiran satu hashtag tidak serta-merta menghilangkan konten berbahaya dari platform. Pengguna bisa dengan mudah beralih ke tagar lain atau menggunakan eufemisme untuk menghindari deteksi.
Selain itu, TikTok juga menghadapi tekanan dari berbagai negara terkait konten berbahaya di platformnya. Seperti yang terjadi di AS dan India, di mana platform ini sempat menghadapi ancaman pemblokiran. Tantangan terbesar TikTok adalah menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan perlindungan pengguna, terutama kelompok rentan seperti remaja.
Langkah selanjutnya yang bisa diambil TikTok adalah memperkuat algoritma untuk mendeteksi konten berbahaya secara proaktif, bukan hanya mengandalkan pemblokiran hashtag. Selain itu, kolaborasi dengan ahli kesehatan mental dan organisasi terkait harus terus ditingkatkan untuk memberikan edukasi yang lebih baik kepada pengguna.
Bagaimana pendapat Anda? Apakah pemblokiran hashtag seperti #SkinnyTok sudah cukup, atau TikTok perlu mengambil langkah lebih tegas? Simak terus perkembangan terbaru seputar TikTok dan kebijakan kontennya hanya di Telset.id.