Telset.id, Jakarta – WhatsApp mengubah pengaturan privasi untuk grup. Lewat perubahan ini, nantinya pengguna bisa terbebas dari ajakan grup WhatsApp yang tak dikenal dan terhindar dari berita hoaks.
Diungkapkan Direktur Kebijakan APAC WhatsApp, Clair Deevy, pengaturan privasi itu memberikan kendali lebih besar kepada pengguna untuk mengatur isi chatting mereka.
Ia mengatakan, fitur terbaru tersebut memudahkan pengguna untuk mengatur siapa saja yang berhak dan bisa menambahkan mereka masuk ke dalam grup WhatsApp.
{Baca juga: Kominfo Pantau Ancaman Serangan Spyware Pegasus}
“WhatsApp sangat berkomitmen untuk memberikan pengalaman pesan pribadi yang terbaik bagi seluruh masyarakat termasuk menangkal penyebaran misinformasi,” tutur Clair di Kantor Kominfo pada Kamis (07/11/2019).
Untuk mengaktifkan fitur tersebut, pengguna harus membuka Settings dalam aplikasi. Kemudian, tekan tombol Accounts, lalu Privacy, dan tekan tombol Groups.
Di situ, terdapat beberapa opsi yang bisa dipilih, yakni Everyone, My Contacts, dan My Contacts Except.
Apabila pengguna memilih Everyone, maka pengguna bisa dengan mudah dimasukkan atau diajak ke semua grup WhatsApp. Tapi, apabila memilih My Contacts, berarti hanya pengguna yang terdaftar dalam kontak yang dapat menambahkannya masuk ke dalam grup.
Sedangkan jika memilih My Contacts Except, pengguna bisa memilah siapa saja daftar kontak yang dapat menambahkan pengguna masuk ke dalam grup.
{Baca juga: BSSN dan BIN Harus Lindungi Presiden Jokowi dari Spyware Pegasus}
Nah, khusus bagi admin grup WhatsApp yang tidak dapat menambahkan anggota ke dalam grup mereka, wajib untuk mengirimkan undangan via “japri” atau chatting pribadi. Undangan itu memberikan pilihan kepada pengguna yang diajak untuk masuk atau tidak ke dalam grup.
Fitur ini sendiri telah diluncurkan secara global pada hari ini (07/11) dan tersedia bagi pengguna yang menggunakan versi terbaru WhatsApp.
“Setelan privasi terbaru untuk grup yang diumumkan hari ini dibuat berdasarkan sejumlah langkah yang telah kami tempuh termasuk pembaruan produk dan kampanye kesadaran publik untuk mengatasi isu misinformasi,” tutup Clair. (NM/FHP)