Telset.id, Jakarta – Serangan malware yang menyamar sebagai aplikasi di perangkat Android dilaporkan terus meningkat. Salah satu faktor yang membuat hal ini dapat terjadi dikarenakan sifat dari sistem operasi Android yang berupa open source.
Belakangan ini, mesin pencari terbesar di dunia ini memiliki ide brilian untuk melakukan pengecekan aplikasi di Play Store. Mereka menggunakan machine learning beserta Artifical Intelligence (AI) untuk melakukan pemindaian setiap aplikasi yang ada di Play Store.
Cara kerja dari AI ini cukup simpel. Mesin dan AI bekerja sama untuk melakukan peer grouping (pengelompokan) dengan melakukan membandingkan data aplikasi yang bekerja dengan identik.
Contohnya adalah, semisal sebuah aplikasi kalkulator di pindai secara bersamaan. Jika salah satu aplikasi meminta akses yang berlebih, seperti microfone, lokasi, atau yang lainnya, maka sang mesin dan AI akan mengelompokkan nya sebagai aplikasi ‘jahat’.
Sang mesin akan menandai aplikasi tersebut yang kemudian akan dinilai oleh engineer yang bertugas. Jika setelah melakukan pengecekan, ternyata aplikasi tersebut terbukti mengandung bibit malware, maka aplikasi itu akan ditarik dari Play Store.
“Kami fokus pada petunjuk yang bisa memberi efek negatif pada privasi pengguna. Misalnya, apakah sebuah aplikasi meminta izin atas fitur di smartphone sesuai kegunaannya,” kata salah satu tim Keamanan dan Privasi Google Martin Pelikan, seperti tim Telset.id kutip dari laman The Verge.
Dengan hadirnya sistem machine learning dan AI ini, Play Store diharapkan bisa bebas dari malware yang berkedok aplikasi tak berbahaya. [NC]