Telset.id, Jakarta – Beberapa waktu lalu WikiLeaks mengungkap fakta mengejutkan tentang perangkat pintar buatan Samsung. Menurut “situs pembocor” tersebut, berbagai perangkat teknologi termasuk smartphone, PC hingga smart TV buatan Samsung ternyata mudah disusupi oleh tools dari CIA.
Ya, bocoran tersebut tentu membuat banyak kalangan masyarakat terkejut dan merasa tidak aman. Namun diantara banyak perangkat yang mudah disusupi, tentu Anda heran kan kenapa untuk smart TV, hanya merek Samsung saja yang mudah diretas oleh CIA.
Dilansir Tim Telset.id dari Motherboard, ternyata rasa heran Anda tersebut belum seberapa jika dibanding fakta mengejutkan yang ditemukan oleh seorang peneliti keamanan asal Israel, Amihai Neiderman.
[Baca Juga: Samsung Gandeng Microsoft Demi Eksistensi Tizen]
Temuan tersebut mengungkapkan jika tak hanya smart TV buatan Samsung saja yang mudah dieksploitasi, tapi juga sistem operasi buatan Samsung yakni Tizen OS pun ternyata memiliki banyak lubang keamanan yang bisa menjadi celah untuk dapat diretas oleh para hacker. Total setidaknya ada 40 lubang keamanan zero-day yang berhasil ditemukan di Tizen OS.
Tentu hal ini mengejutkan banyak pihak, kenapa tidak? Karena Tizen OS merupakan sistem operasi yang tak hanya disematkan pada banyak smartphone Samsung tertentu saja, tapi juga pada perangkat wearable dan perangkat pintar lainnya yang digunakan oleh banyak pengguna.
[Baca Juga: Samsung Z2, Smartphone Pertama di Indonesia dengan OS Tizen]
“Ini mungkin merupakan kode terburuk yang pernah saya lihat. Kesalahan apapun yang dapat Anda lakukan di sana, maka itu bisa dilakukan. Anda bisa melihat bahwa siapapun yang mengerti tentang keamanan tidak akan menulis kode ini. Ini seperti menyuruh seseorang setingkat sarjana untuk membuat perangkat lunak untuk Anda,” jelas Neiderman.
Samsung sendiri sudah mengeluarkan pernyataan terkait hal tersebut dengan menyatakan, “Kami berkomitmen penuh untuk bekerja sama dengan Neiderman untuk mengurangi lubang keamanan yang ada. Melalui program SmartTV Bug Bounty, kami berkomitmen untuk bekerja sama dengna ahli keamanan di seluruh dunia untuk mengurangi resiko keamanan,”. (FHP)