Telset.id – Apakah keputusan Samsung untuk meninggalkan Snapdragon di Galaxy Z Flip 7 hanyalah sebuah eksperimen satu kali? Tampaknya tidak. Bocoran terbaru justru mengindikasikan bahwa langkah berani itu adalah awal dari sebuah strategi jangka panjang. Samsung dikabarkan akan semakin mantap menancapkan Exynos sebagai jantung dari lini lipat clamshell-nya, dengan Galaxy Z Flip 8 diprediksi mengusung chipset Exynos 2600 berbasis proses 2nm.
Ini bukan sekadar ganti chipset biasa. Ini adalah pernyataan. Setelah bertahun-tahun bergantung pada Qualcomm untuk setiap model Galaxy Z Flip sejak peluncuran perdananya di 2020, Samsung akhirnya mengambil kendali penuh dengan Z Flip 7. Sekarang, rumor menyebut Z Flip 8 akan melanjutkan tradisi baru ini dengan prosesor buatan sendiri yang lebih mutakhir. Pertanyaannya, apakah kepercayaan diri Samsung ini akan terbayar dengan performa yang memukau, atau justru menjadi bumerang di tangan konsumen yang sudah lama skeptis dengan Exynos?
Perubahan strategi ini menarik untuk disimak. Dulu, Exynos sering dianggap sebagai “adik” yang kurang tangguh dibanding Snapdragon, khususnya di segmen premium. Namun, dengan Z Flip 7, Samsung seolah berkata, “foldable premium kami cukup tangguh untuk diisi oleh silicon kami sendiri.” Dan kini, dengan Exynos 2600 berbasis 2nm yang juga dikabarkan akan menghidupi Galaxy S26 dan S26+, Samsung sedang membangun sebuah ekosistem chipset yang lebih terintegrasi. Mereka tidak hanya ingin menjual hardware, tapi juga menguasai teknologi inti di dalamnya. Sebuah langkah yang meniru playbook Apple, namun dengan kompleksitas pasar global yang jauh lebih tinggi.
Exynos 2600: Senjata Rahasia atau Beban Baru?
Exynos 2600, yang baru saja diumumkan, bukan sekadar iterasi. Chipset berbasis proses manufaktur 2nm ini dijanjikan membawa lompatan signifikan dalam hal performa dan efisiensi daya. Untuk perangkat kompak seperti flip phone, di mana ruang untuk baterai terbatas, efisiensi adalah segalanya. Setiap peningkatan dalam konsumsi daya bisa berarti perbedaan antara bertahan seharian penuh atau mati sebelum matahari terbenam.
Samsung dengan bangga memposisikan chip 2nm ini sebagai terobosan. Tapi, mari kita jujur. Track record peluncuran Exynos di masa lalu seringkali diwarnai dengan gap performa dan efisiensi yang mengecewakan ketika dibandingkan dengan versi Snapdragon-nya di wilayah lain. Konsumen sudah belajar untuk tidak terlalu terpukau oleh angka nanometer semata. Mereka menunggu data uji dunia nyata: bagaimana chip ini menangani multitasking berat, bermain game, dan yang paling penting, mengelola termal di bodi tipis perangkat lipat.
Keberhasilan Exynos 2600 di Galaxy Z Flip 8 tidak hanya crucial bagi penjualan ponsel itu sendiri, tetapi juga bagi kredibilitas Samsung Foundry dan divisi chipset-nya secara keseluruhan. Jika berhasil, ini akan menjadi bukti nyata bahwa Samsung telah menutup celah dengan pesaing. Jika gagal, bisa jadi ini akan memperpanjang bayang-bayang keraguan yang telah lama menghantui brand Exynos. Seperti yang pernah kami bahas mengenai ambisi produksi chip 2nm Samsung, tantangannya sangat besar namun potensi imbalannya sepadan.
Baca Juga:
Lebih dari Sekadar Chip: Revolusi Desain yang Terus Berlanjut
Namun, cerita Galaxy Z Flip 8 tidak berhenti di Exynos 2600. Bocoran lain mengisyaratkan bahwa Samsung juga punya misi untuk membuat perangkat ini lebih ramping. Setelah berhasil menipiskan Galaxy Z Fold 7, kini giliran si clamshell untuk mengalami diet. Mengurangi ketebalan pada desain flip adalah tantangan teknik yang luar biasa. Anda harus mempertimbangkan engsel, layar yang bisa ditekuk, dan tentu saja, kapasitas baterai yang tidak boleh dikorbankan.
Apakah Samsung akan mengorbankan daya tahan baterai untuk mencapai bodi yang lebih sleek? Atau mereka telah menemukan terobosan dalam teknologi baterai atau efisiensi termal berkat Exynos 2600? Ini adalah teka-teki yang menarik. Jika mereka berhasil membuat Z Flip 8 lebih tipis tanpa mengurangi performa atau daya tahan baterai, itu akan menjadi selling point yang sangat kuat, terutama di pasar yang sangat memperhatikan estetika dan portabilitas. Seperti tren yang terlihat pada generasi sebelumnya yang diluncurkan di Indonesia, penyempurnaan desain selalu menjadi perhatian utama.
Jadwal peluncuran diperkirakan akan mengikuti pola tahun lalu, dengan Galaxy Z Flip 8 diprediksi meluncur sekitar Juli 2026. Ini memberi Samsung waktu cukup untuk menyempurnakan chipset dan desainnya. Semua spekulasi dan bocoran ini, tentu saja, masih bisa berubah. Samsung tentu saja belum mengonfirmasi detail apapun. Tapi, pola yang terlihat jelas: Samsung serius ingin menjadikan Exynos sebagai solusi permanen untuk foldable-nya, setidaknya di lini Flip.
Lalu, bagaimana dengan lini Fold? Apakah akan mengikuti jejak Flip? Spekulasi masih beragam. Namun, dengan tekanan kompetisi yang semakin ketat, termasuk isu kemunculan iPhone lipat yang mendorong inovasi lebih cepat, Samsung mungkin akan lebih berhati-hati untuk model flagship tertingginya. Keputusan untuk menggunakan Exynos di Z Fold 8 mungkin akan bergantung pada kesuksesan Z Flip 8 di pasaran dan penerimaan terhadap Exynos 2600.
Pada akhirnya, bagi Anda calon konsumen, semua janji proses 2nm dan desain tipis ini akan bermuara pada satu hal: pengalaman nyata. Apakah ponsel ini lancar digunakan sehari-hari? Apakah baterainya tahan lama? Apakah tidak cepat panas? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan menentukan apakah strategi “Exynos for foldables” ala Samsung adalah langkah jenius atau sebuah gamble yang berisiko. Sementara itu, inovasi AI yang diperkenalkan di generasi Z Flip7 dan Fold7 juga akan menjadi fondasi yang harus ditingkatkan di generasi mendatang. Kita hanya perlu menunggu dan menyaksikan, apakah Samsung akan berhasil membuat kita lupa bahwa dulu, ada masa di mana Snapdragon adalah satu-satunya raja untuk Flip.

