Telset.id – Bayangkan Anda sedang mempersiapkan peluncuran produk paling penting tahun depan. Semua desain sudah final, fitur-fitur AI mutakhir sudah diuji, dan kampanye pemasaran siap diluncurkan. Namun, ada satu komponen kecil yang harganya tiba-tiba melonjak lebih dari dua kali lipat, dan kontrak pasokannya belum juga ditandatangani. Itulah situasi genting yang sedang dihadapi Samsung dengan Samsung Galaxy S26 seri andalannya. Bukan masalah chipset utama atau kamera, melainkan komponen yang sering diabaikan: memori.
Laporan terkini dari Korea Selatan mengungkapkan sebuah drama supply chain yang bisa berdampak pada jadwal dan mungkin bahkan harga dari flagship Samsung tahun 2026. Harga modul LPDDR5X 12GB, yang menjadi tulang punggung performa multitasking dan gaming, disebut-sebut meroket dari sekitar $30 di awal tahun menjadi mendekati $70 pada akhir November. Kenaikan yang luar biasa curam ini telah memicu langkah darurat dari pimpinan tertinggi Samsung. TM Roh, yang mengepalai divisi Device eXperience (DX) Samsung, dikabarkan akan mengadakan pertemuan langka dengan CEO Micron, Sanjay Mehrotra, di hari pertama CES 2026 di Las Vegas. Pertemuan tingkat tinggi di tengah hiruk-pikuk pameran teknologi terbesar dunia bukanlah hal biasa, dan ini sinyal jelas betapa gentingnya situasi ini.
Mengapa sebuah pertemuan bisa sepenting itu? Ini bukan sekadar negosiasi harga biasa. Industri memori, seperti yang dilaporkan beberapa media Korea, sedang dalam fase “price upswing” atau kenaikan harga. Di masa seperti ini, para produsen memori cenderung lebih memilih perjanjian pasokan triwulanan yang fleksibel daripada komitmen jangka panjang. Bagi divisi mobile Samsung yang sedang mempersiapkan produksi massal Galaxy S26, ketidakpastian seperti ini adalah mimpi buruk logistik. Mereka tidak hanya perlu mengamankan stok untuk memulai produksi, tetapi juga memproyeksikan kebutuhan untuk seluruh siklus hidup produk. Ditambah dengan beban biaya prosesor aplikasi (AP) yang juga meningkat, tekanan pada anggaran divisi mobile Samsung benar-benar berada di level tertinggi.
Baca Juga:
Posisi Micron dalam negosiasi ini menjadi sangat kuat. Kenapa? Ternyata, raksasa memori asal Amerika itu telah menjadi pemasok utama DRAM mobile untuk seri Galaxy S25. Keberhasilan mereka memenuhi pasokan untuk generasi sebelumnya jelas memberikan leverage yang signifikan. Sekarang, dengan harga yang melambung dan kapasitas produksi industri yang terbatas, Samsung berada dalam posisi yang harus berjuang untuk mengamankan komitmen yang sama untuk S26. Hasil dari pertemuan CES antara TM Roh dan Sanjay Mehrotra ini mungkin akan menjadi penentu apakah Galaxy S26 dapat meluncur dengan mulus, atau justru menghadapi keterlambatan atau kompromi spesifikasi di menit-menit terakhir.
Konflik Internal dan Teknologi Masa Depan
Ironisnya, salah satu tantangan terbesar Samsung justru datang dari dalam rumahnya sendiri. Perusahaan ini memiliki divisi Device Solutions (DS) yang terkenal sebagai salah satu produsen memori terbesar di dunia. Namun, hubungan antara divisi DS (penjual) dan divisi DX/mobile (pembeli) di Samsung seringkali diatur seperti transaksi antar perusahaan yang terpisah. Laporan menyebutkan bahwa negosiasi antara unit smartphone Samsung dengan divisi DS-nya sendiri pun belum final. Ini menciptakan dinamika yang unik dan rumit. Di satu sisi, mereka memiliki produsen memori internal. Di sisi lain, mereka juga harus bergantung pada pemasok eksternal seperti Micron untuk stabilitas, diversifikasi, dan mungkin juga tekanan harga.
Sementara berjuang dengan pasokan LPDDR5X hari ini, divisi DS Samsung ternyata sedang sibuk dengan masa depan. Mereka dikabarkan sedang mengembangkan teknologi LPDDR6 generasi berikutnya, yang dijanjikan memiliki bandwidth lebih tinggi dan efisiensi yang lebih baik. Bahkan ada indikasi bahwa teknologi ini mungkin akan diperkenalkan di CES 2026 yang sama. Namun, jalan dari pameran ke produksi massal masih panjang. LPDDR6 kemungkinan besar belum akan siap untuk mengisi slot memori di Galaxy S26 yang dijadwalkan rilis awal 2026. Jadi, di tengah gebyar teknologi masa depan, divisi mobile masih harus menyelesaikan urusan dengan teknologi “saat ini” yang harganya sedang tidak karuan.
Apa Artinya Bagi Konsumen dan Masa Depan Galaxy S26?
Lalu, sebagai calon pengguna, apa yang harus Anda antisipasi dari situasi ini? Pertama, ketidakpastian pasokan dan kenaikan harga komponen hampir selalu berimbas pada harga jual akhir produk. Meskipun Samsung memiliki skala ekonomi yang sangat besar untuk menyerap sebagian gejolak, tekanan biaya yang signifikan bisa saja diteruskan ke konsumen. Atau, alternatif lainnya, Samsung mungkin perlu membuat kompromi strategis, misalnya dengan menawarkan varian kapasitas memori yang lebih terbatas di awal peluncuran, atau mengalihkan prioritas pasokan ke model premium seperti Galaxy S26 Ultra terlebih dahulu.
Kedua, situasi ini menyoroti betapa kompleksnya ekosistem produksi smartphone flagship modern. Bukan lagi hanya tentang mendesain chipset atau merancang aksesori magnetik yang revolusioner, tetapi juga tentang navigasi di pasar komponen global yang sangat fluktuatif. Ketergantungan pada sedikit pemasok untuk komponen kritis seperti DRAM mobile membuat vendor seperti Samsung rentan terhadap gejolak pasar. Adopsi Exynos 2600 yang disebut masih terbatas juga menambah beban biaya AP, menyempitkan ruang gerak anggaran untuk bernegosiasi di meja memori.
Pada akhirnya, pertemuan di CES nanti bukan sekadar agenda bisnis biasa. Itu adalah upaya Samsung untuk mengamankan denyut nadi bagi jantung flagship masa depannya. Jika negosiasi berjalan mulus, Galaxy S26 akan memiliki landasan yang kuat untuk bersaing. Jika tidak, kita mungkin akan menyaksikan episode lain dari ketegangan supply chain yang semakin sering terjadi di industri teknologi. Satu hal yang pasti: di balik glamornya peluncuran produk baru, sering kali ada drama negosiasi yang tak kalah seru. Dan untuk Galaxy S26, drama itu sudah dimulai.

