Telset.id – Udara di Las Vegas mungkin masih hangat, tetapi gelombang spekulasi untuk Consumer Electronics Show (CES) 2026 sudah mulai terasa dingin dan penuh antisipasi. Meski baru akan digelar pada 6-9 Januari mendatang, dengan rangkaian konferensi pers mulai 4 Januari, bayangan tentang inovasi apa yang akan membanjiri Las Vegas Convention Center mulai membentuk narasi yang menarik. Seperti tahun-tahun sebelumnya, CES bukan sekadar pameran; ia adalah kiblat awal yang menentukan arah angin teknologi untuk setahun ke depan. Dan tahun depan, angin itu berhembus kencang menuju AI yang lebih personal, chipset yang lebih garang, dan sebuah robot bola kuning yang nasibnya masih menjadi teka-teki.
Jika Anda mengira CES hanya tentang TV layar lebar yang semakin tipis, siap-siap untuk memperluas horizon. Konferensi teknologi terbesar di dunia ini telah lama berevolusi menjadi panggung utama untuk ekosistem komputasi masa depan, di mana kecerdasan buatan tidak lagi sekadar fitur tambahan, melainkan jiwa dari setiap perangkat. Dari laptop yang memahami konteks hingga robot yang akhirnya bisa menghindari kaki meja dengan elegan, CES 2026 menjanjikan lompatan dari konsep menuju kenyataan yang lebih matang. Dan Telset.id akan berada di sana, melaporkan langsung dari tengah keriuhan, membawa Anda ke jantung inovasi sebelum siapa pun.
Peta awal pertempuran sudah bisa dibaca dari jadwal konferensi pers yang dirilis. Samsung akan membuka gebrakan dengan “The First Look” pada 4 Januari, dipimpin langsung oleh CEO DX Division mereka, TM Roh. Presentasi ini diklaim akan mengungkap visi divisi pengalaman perangkat (DX) Samsung untuk 2026, dengan fokus kuat pada pengalaman pelanggan yang digerakkan oleh AI. Ini menjadi sinyal jelas bahwa strategi Samsung dalam menghemat dan mengoptimalkan chipset untuk lini massal mungkin akan beriringan dengan peluncuran produk flagship yang sarat AI.
Hari berikutnya, 5 Januari, akan diisi oleh deretan raksasa teknologi. LG membuka hari dengan presentasi “Innovation in Tune with You” yang menjanjikan “Kecerdasan yang Penuh Kasih” (Affectionate Intelligence). Intel kemudian mengambil alih untuk secara resmi meluncurkan prosesor Intel Core Ultra Series 3, generasi pertama yang dibangun dengan proses 2-nanometer 18A mereka yang legendaris. Sore harinya, Sony Honda Mobility akan memamerkan mobil pertamanya, sementara hari itu akan ditutup oleh keynote CEO AMD, Lisa Su, yang dipastikan akan membeberkan rencana chip terbaru mereka. Dan jangan lupa, di tengah hiruk-pikuk ini, isu kenaikan harga laptop awal 2026 akibat krisis RAM menjadi latar belakang yang menarik untuk dilihat: seberapa besar dampaknya terhadap positioning produk-produk premium ini?
Baca Juga:
Perang Chip dan Laptop AI yang Semakin Sengit
Nada untuk tahun 2026 dalam dunia prosesor akan langsung ditetapkan di sini. AMD, dalam keynote-nya, diperkirakan akan memperkenalkan prosesor Ryzen generasi baru, termasuk Ryzen 7 9850X3D yang bocor performanya dan seri Ryzen 9000G yang kabarnya mengusung arsitektur Zen 5. Mereka juga mungkin memamerkan teknologi upscaling AI terbaru, FSR Redstone. Sementara itu, Intel sudah terang-terangan mengumumkan chip Panther Lake (Core Ultra Series 3) yang dikhususkan untuk laptop premium, dengan klaim peningkatan performa pemrosesan dan GPU Arc hingga 50%.
Namun, pertarungan tidak hanya antara AMD dan Intel. Qualcomm dikabarkan siap merambah pasar laptop dengan Snapdragon X2 Elite dan X2 Elite Premium. Ambisi mereka jelas: menantang dominasi x86 di arena laptop yang haus efisiensi daya dan konektivitas seluler yang mulus. Persaingan ketiga raksasa ini di CES 2026 akan menjadi penanda seberapa serius era “AI PC” benar-benar diwujudkan. Apakah ini sekadar marketing jargon, atau kita akan melihat aplikasi AI on-device yang benar-benar transformatif?
Layar: Dari Warna “Asli” hingga Standar HDR yang Lebih Garang
CES memang identik dengan TV, dan tahun depan tidak akan berbeda. Sony, setelah merilis lineup Bravia terbarunya pada April 2025, dikabarkan menyimpan teknologi layar baru bernama “True RGB”. Teknologi ini menggunakan backlight Mini LED individual berwarna merah, hijau, dan biru (RGB), bukan filter quantum dots di atas panel OLED biru. Klaimnya? Kecerahan setinggi Mini LED dengan akurasi warna superior, minus risiko burn-in yang mengintai OLED. Jika diluncurkan, ini bisa menjadi terobosan signifikan dalam perlombaan kualitas gambar.
Samsung tidak tinggal diam. Mereka dikabarkan sedang mempersiapkan standar HDR10+ Advanced sebagai jawaban atas Dolby Vision 2. Standar baru ini menjanjikan peningkatan kecerahan, pemetaan nada berdasarkan genre konten (seperti olahraga atau game), serta opsi pemulusan gerak yang lebih cerdas. Untuk para gamer, Sony juga memiliki monitor PlayStation 240Hz yang dijadwalkan rilis 2026 dan berpotensi dipamerkan. Inovasi di layar ini menunjukkan bahwa perlombaan tidak lagi sekadar mengejar ketipisan, tetapi pengalaman visual yang lebih imersif dan adaptif, sesuatu yang juga akan dinikmati oleh pengguna smartphone gaming seperti Realme 15 Pro 5G yang akan menjadi official phone M7 World Championship 2026.
Ballie dan Masa Depan Robotika Rumah Tangga yang (Semoga) Tak Lagi Canggung
Dan sekarang, mari kita bicara tentang sang legenda: Ballie. Robot bola kuning Samsung ini pertama diumumkan tahun 2020, kemudian muncul lagi di CES 2024 dengan projector, dijanjikan rilis 2025 dengan dukungan Google Gemini, namun hingga detik ini masih menjadi misteri. Akankah CES 2026 menjadi panggung ketiga untuk pengumuman Ballie? Spekulasi ini hangat diperbincangkan. Namun, terlepas dari nasib Ballie, robotika rumah tangga akan tetap menjadi bintang.
Setelah kesuksesan robot vacuum dan pel dengan lengan retrak seperti Roborock Saros Z70 di CES 2025, tahun depan kita mungkin akan melihat penyempurnaan dalam navigasi. Kecenderungannya adalah robot dengan “kaki” untuk melewati tinggian kecil, seperti pada Dreame X50, bisa menjadi standar baru. Yang lebih menarik adalah pergeseran dalam kecerdasan robot. Industri AI mulai beralih fokus dari Large Language Model (LLM) ke “World Model”, yaitu model yang memberi AI pemahaman mendalam tentang ruang fisik. Inilah kunci agar robot tidak hanya membersihkan debu, tetapi juga memahami bahwa karpet adalah karpet, mainan anak bukan halangan yang harus didorong, dan kaki meja adalah rintangan yang harus dikenali. CES 2026 mungkin menjadi tempat di mana konsep “World Model” ini mulai diimplementasikan dalam produk nyata, membawa kita selangkah lebih dekat ke asisten robot yang benar-benar membantu, bukan sekadar mesin yang bergerak acak.
Dari chipset yang mendefinisikan ulang laptop, layar yang menantang batas realitas visual, hingga robot yang akhirnya mungkin menjadi “pintar” secara kontekstual, CES 2026 berpotensi menjadi titik pertemuan antara janji-janji AI dengan produk konsumen yang tangible. Setiap pengumuman, setiap demo, adalah sebuah keping puzzle untuk masa depan yang sedang kita rajut bersama. Dan seperti biasa, semua kegaduhan, kejutan, dan terobosan itu akan berpusat di Las Vegas awal Januari nanti. Bersiaplah untuk menyaksikan bagaimana hari ini, yang masih berupa bisikan dan bocoran, esok akan berubah menjadi headline yang mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi.

