Telset.id – Bayangkan, biaya untuk memperbaiki layar ponsel lipat Anda ternyata bisa membeli smartphone flagship baru dari brand lain. Itulah kenyataan yang dihadapi pemilik Huawei Mate X7, foldable terbaru yang baru saja meluncur di China. Bocoran daftar harga suku cadang perbaikan resmi dari Huawei mengungkap fakta mengejutkan: layar utamanya dihargai setara dengan sebuah Xiaomi 17 Pro. Lantas, seberapa mahal sebenarnya merawat teknologi lipat kelas atas ini?
Huawei Mate X7 resmi dijual di China pekan lalu dengan harga mulai 12.999 yuan. Seperti kebanyakan ponsel lipat premium, harga belinya saja sudah membuat mata berkedip. Namun, kisahnya tidak berhenti di situ. Huawei secara transparan merilis daftar harga komponen perbaikan untuk pasar China, dan angka-angka yang terpampang bisa membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum membawa foldable ini ke mana-mana tanpa pelindung layar super tebal.
Komponen termahal, seperti diduga, adalah layar. Huawei mematok harga 5.199 yuan untuk satu set perakitan layar penuh, yang mencakup layar internal, mid-frame, dan baterai. Coba bandingkan: dengan uang segitu, Anda sudah bisa membawa pulang Xiaomi 17 Pro, smartphone flagship dengan spesifikasi top. Bahkan layar eksternal yang lebih kecil, yang berukuran 6.49 inci, sendiri dihargai 999 yuan. Angka ini bukan sekadar label harga, tapi sebuah pernyataan tentang kompleksitas dan kerapuhan teknologi di baliknya.
Layar dalam Mate X7 yang berukuran 8 inci diklaim menggunakan struktur ultra-tangguh triple-layer komposit pertama di industri. Klaim “ultra-tangguh” ini mungkin bertujuan menenangkan konsumen, namun di sisi lain, justru menjadi alasan mengapa biaya perbaikannya membumbung tinggi. Ketika teknologi menjadi begitu maju dan eksklusif, suku cadang penggantinya pun ikut mahal. Ini menjadi pertimbangan serius, mengingat layar adalah komponen paling rentan pada perangkat lipat, seperti yang juga dialami oleh generasi awal hp lipat Samsung jadul yang kerap bermasalah.
Rincian Harga Suku Cadang: Dari Motherboard Hingga Baut
Melangkah lebih dalam, harga komponen utama lainnya juga mencerminkan posisi Mate X7 sebagai flagship. Motherboard, otak dari ponsel ini, dihargai 3.179 yuan. Sementara itu, baterai memiliki harga yang relatif lebih terjangkau, yaitu 299 yuan. Bagian belakang ponsel atau back cover, yang mungkin sering tergores atau pecah, memiliki harga perbaikan sebesar 579 yuan.
Modul kamera belakang juga dijual terpisah. Kamera utama 50MP memiliki harga 759 yuan, sedangkan modul telephoto sedikit lebih mahal, yaitu 809 yuan. Ini menunjukkan bahwa selain layar, sistem kamera yang canggih juga menyumbang biaya perawatan yang signifikan.
Di tengah semua harga fantastis itu, ada secercah kelegaan. Beberapa komponen kecil dan aksesori justru sangat murah. Baki SIM (Cato) hanya berharga 10 yuan, dan kabel USB-C pengganti bisa didapat dengan 11 yuan. Ini seperti membeli mobil mewah di mana lampu sein-nya mahal, tetapi segelas air mineral di dalam kabin tetap terjangkau. Namun, tentu saja, komponen-komponen kecil ini bukanlah hal yang biasanya membuat pemilik ponsel gelisah.
Baca Juga:
Fenomena biaya perbaikan yang nyaris setara dengan perangkat baru ini bukan monopoli Huawei. Dunia foldable memang sarat dengan kompromi antara inovasi dan kepraktisan. Namun, langkah Huawei yang terbuka tentang harga suku cadang justru patut diapresiasi. Setidaknya calon pembeli bisa masuk dengan mata terbuka, memahami sepenuhnya komitmen finansial jangka panjang yang mereka tandatangani. Sebagai perbandingan, Samsung diketahui memangkas biaya perbaikan layar untuk model Galaxy Z Fold4 dan Flip4, sebuah langkah yang mungkin diambil untuk meredam kecemasan konsumen.
Luxury Foldable dengan Pilihan dan Komitmen
Mate X7 sendiri hadir dalam beberapa varian RAM dan penyimpanan. Varian paling mahal adalah Edisi Kolektor 20GB + 1TB yang dilengkapi stylus, dengan harga 17.599 yuan. Untuk model reguler, Huawei menawarkan pilihan warna Obsidian Black, Cloud Brocade Blue, Cloud Brocade White, Cosmic Red, dan Phantom Purple. Pilihan warna yang elegan ini semakin menegaskan posisinya sebagai perangkat mewah.
Yang mengesankan, meski memiliki layar besar, Mate X7 berhasil menjaga bobotnya di angka 235 gram. Ketika dibuka, ketebalannya hanya 4.5mm, dan saat dilipat menjadi 9.5mm, lebih ramping dari banyak foldable book-style sejenis. Desain yang ringkas ini adalah buah dari rekayasa presisi tinggi, yang lagi-lagi, berkontribusi pada kompleksitas dan biaya produksi serta perbaikannya.
Lalu, apa yang bisa dipelajari dari daftar harga perbaikan Huawei Mate X7 ini? Pertama, kepemilikan teknologi cutting-edge selalu datang dengan harga, tidak hanya di muka, tetapi juga dalam pemeliharaan. Kedua, transparansi seperti ini seharusnya menjadi standar industri, agar konsumen bisa membuat keputusan yang lebih informatif. Ketiga, bagi sebagian orang, membeli asuransi ponsel atau mempertimbangkan masa pakai menjadi lebih krusial daripada sebelumnya. Jika biaya perbaikan mendekati 40% dari harga beli perangkat, maka merawatnya dengan ekstra hati-hati bukan lagi sekadar saran, melainkan keharusan ekonomi.
Ini juga mengingatkan kita untuk lebih jeli melihat tanda-tanda ponsel sudah saatnya diganti. Ketika biaya perbaikan melampaui nilai ekonomis perangkat, mungkin lebih masuk akal untuk upgrade. Di sisi lain, bagi para penggemar teknologi sejati yang menginginkan yang terdepan, seperti juga mereka yang menanti iPhone lipat Apple yang produksinya terbatas, harga mungkin bukan halangan. Mereka membeli bukan hanya sebuah alat, tetapi sebuah pernyataan dan pengalaman. Namun, bagi pasar yang lebih luas, inovasi harus mulai berjalan beriringan dengan keberlanjutan dan keterjangkauan perawatan. Mungkin langkah ke arah sana sudah dimulai dengan hadirnya opsi Huawei Pura X mid-range yang lebih terjangkau, menunjukkan bahwa teknologi lipat perlahan merambah segmen yang lebih luas.
Pada akhirnya, Huawei Mate X7 dengan harga perbaikan layarnya yang fenomenal adalah cermin dari sebuah fase dalam evolusi teknologi ponsel. Ia menguji batas, memukau dengan kemampuan, tetapi juga menyodorkan tagihan yang bisa membuat kita terengah. Pilihan ada di tangan konsumen: membayar premium untuk berada di puncak inovasi hari ini, atau menunggu hingga teknologi tersebut menjadi lebih matang dan—yang tak kalah penting—lebih mudah untuk dirawat.

