Telset.id – Dalam industri game yang sering diisi oleh sekuel, remake, dan waralaba yang sudah mapan, kehadiran sebuah studio baru dengan proyek debut yang terasa segar selalu menarik perhatian. Liquid Swords, studio yang didirikan oleh Christofer Sundberg, sang kreator di balik franchise aksi open-world Just Cause, baru saja mengumumkan game perdana mereka. Judulnya adalah Samson: A Tyndalston Story, sebuah game yang digambarkan sebagai “aksi noir penuh konsekuensi” dan dijadwalkan rilis di awal 2026 untuk PC. Yang membuatnya menarik bukan hanya latar belakang pendirinya, tetapi juga janji gameplay yang mengedepankan tekanan dan akibat nyata dari setiap keputusan pemain, dibalut dengan atmosfer gelap yang mengingatkan pada klasik seperti Max Payne.
Dari trailer perdananya yang ditampilkan di PC Gaming Show, Samson langsung menyetel nada yang suram dan tanpa kompromi. Kita diperkenalkan pada protagonisnya, Samson McCray, seorang pria yang terjerat utang serius di kota fiksi Tyndalston—sebuah tempat yang digambarkan sama sekali tidak memaafkan. Narasi trailer dan pernyataan studio menggambarkan sebuah sistem dimana waktu dan sumber daya sangat terbatas. “Setiap hari membebani kamu,” tulis Liquid Swords. “Utang tumbuh dengan bunga, dan waktu bekerja melawan kamu.” Konsep ini diterjemahkan ke dalam gameplay melalui Action Points yang terbatas untuk setiap tugas, menciptakan dinamika dimana pemain harus memilih dengan bijak bagaimana menghabiskan hari-hari Samson yang semakin menipis. Tidak ada ‘coba lagi’ yang murah; setiap pilihan mengubah cara kota memperlakukan kamu.
Warisan Just Cause dan Peralihan ke Fokus yang Lebih Intim
Christofer Sundberg terkenal karena menciptakan Just Cause, seri game yang mendefinisikan sensasi aksi open-world dengan skala besar, kekacauan yang sistematis, dan kebebasan eksplorasi hampir tak terbatas. Namun, Samson tampaknya mengambil arah yang berbeda. Liquid Swords secara eksplisit menyebut game ini sebagai pengalaman yang “lebih terfokus”, sebuah pergeseran yang mungkin juga tercermin dari harga yang relatif terjangkau, $25. Ini mengisyaratkan bahwa alih-alih dunia yang luas dan penuh side quest, Samson akan menawarkan narasi yang lebih ketat, atmosfer yang lebih terkuras, dan sistem gameplay yang mendalam di dalam ruang lingkup yang lebih intim.
Studio ini juga diperkuat oleh talenta-talenta yang pernah menggarap game seperti Mad Max (yang juga tentang survival di dunia yang kejam) dan seri Battlefield (yang ahli dalam gameplay aksi intens). Kombinasi pengalaman ini—dari sistemik design, combat, animasi, hingga penceritaan berorientasi aksi—menjanjikan sebuah game yang tidak hanya memiliki atmosfer yang kuat, tetapi juga mekanik yang “crunchy and visceral” (padat dan menggigit) seperti yang terlihat sekilas di trailer.
Bertahan di Tengah Tantangan Industri: PHK dan Fokus Berkelanjutan
Pengumuman Samson ini datang setelah tahun yang bergejolak bagi Liquid Swords. Di awal tahun, studio terpaksa melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan yang tidak diungkapkan jumlahnya, sebuah langkah yang mereka katakan perlu untuk menjamin “sustainability jangka panjang” di tengah kondisi industri yang menantang. Keputusan itu, meski pahit, menunjukkan realitas bisnis pengembangan game indie/AA saat ini. Fokus pada game yang lebih terfokus dengan harga yang masuk akal ($25) bisa jadi adalah strategi yang disengaja untuk mengurangi risiko finansial sekaligus membangun dasar yang kokoh bagi studio ini.
Potensi dan Tantangan di Depan
Dengan janji “aksi noir penuh konsekuensi”, Samson berpotensi menarik pemain yang mendambakan pengalaman yang lebih berat secara naratif dan emosional dibandingkan aksi blockbuster biasa. Konsep utang yang terus bertambah dan waktu yang terus berjalan menciptakan lapisan tekanan konstan yang langka. Namun, tantangannya adalah menyeimbangkan tekanan tersebut agar terasa menantang dan imersif, bukan sekadar membuat frustrasi.
Rilis di Steam dan Epic Games Store pada awal 2026 menempatkan Samson di pasar PC yang kompetitif. Nama Sundberg dan warisan Just Cause akan menjadi daya tarik awal, tetapi pada akhirnya, game ini harus berdiri sendiri dengan kualitas eksekusi yang solid. Apakah Liquid Swords dapat menerjemahkan keahlian mereka dalam aksi skala besar menjadi sebuah drama noir yang personal dan mendebarkan? Itulah pertanyaan yang akan terjawab ketika Samson McCray akhirnya berjalan di jalanan gelap Tyndalston tahun depan. Satu hal yang pasti: di tengah lautan game open-world raksasa, sebuah cerita fokus tentang konsekuensi dan survival bisa menjadi penyegar yang sangat dibutuhkan.

