Telset.id – OpenAI menghadapi beban finansial signifikan mencapai Rp 250 miliar per hari akibat produksi video AI melalui platform Sora. Laporan Forbes mengungkapkan perusahaan teknologi itu mengeluarkan sekitar 15 juta dollar AS sehari untuk memproses video-video pendek yang mayoritas dibuat pengguna untuk konten hiburan dan eksperimen kreatif.
Biaya operasional tinggi ini muncul karena kompleksitas teknis pembuatan video AI dibandingkan model teks atau gambar. Sora 2 memerlukan komputasi intensif untuk memproses data empat dimensi dan memastikan setiap adegan terlihat realistis di semua frame. Kebutuhan komputasi ini membuat generator video membutuhkan sumber daya GPU jauh lebih besar daripada model AI teks seperti GPT-5 OpenAI.
Analis Cantor Fitzgerald, Deepak Mathivanan, memperkirakan biaya produksi satu video 10 detik di Sora mencapai 1,30 dollar AS (sekitar Rp 21.736). Untuk versi Sora 2 Pro, ongkosnya bisa melonjak hingga 3 dollar AS (sekitar Rp 50.161) per video. Perhitungan ini didasarkan pada kebutuhan GPU yang dapat memakan waktu puluhan menit per video dengan asumsi biaya sewa GPU sekitar 2 dollar AS per jam.
Skala Penggunaan dan Dampak Finansial
Tingkat penggunaan platform menjadi faktor penentu besarnya pengeluaran harian OpenAI. Forbes memperkirakan Sora memiliki basis pengguna sekitar 4,5 juta orang. Jika seperempat dari jumlah tersebut membuat 10 video per hari, total produksi bisa mencapai 11 juta video setiap harinya.
Dengan ongkos rata-rata 1,30 dollar AS per video, OpenAI harus mengeluarkan dana sekitar 15 juta dollar AS per hari atau setara 5,4 miliar dollar AS (Rp 90,3 triliun) per tahun. Kondisi ini membuat Forbes menyebut OpenAI pada dasarnya “membakar jutaan dolar per hari untuk video-video konyol” karena mayoritas konten dibuat untuk tujuan hiburan semata.
Kepala Sora di OpenAI, Bill Peebles, secara terbuka mengakui kondisi ekonomi platform tersebut “sama sekali tidak berkelanjutan” dalam keadaan sekarang. Pernyataan ini mengkonfirmasi tantangan finansial yang dihadapi perusahaan meski OpenAI berhasil menjadi startup paling berharga di dunia.
Baca Juga:
Strategi Jangka Panjang dan Proyeksi Biaya
Meski menghadapi tekanan finansial, OpenAI tetap mempertahankan akses gratis bagi banyak pengguna Sora. Menurut analis Mizuho, Lloyd Walmsley, strategi ini mengikuti pola umum industri teknologi: investasi besar di fase awal untuk menarik pengguna sebanyak mungkin, menciptakan ketergantungan, kemudian memonetisasi di tahap berikutnya.
Nilai strategis data pengguna juga menjadi pertimbangan penting bagi OpenAI. Setiap video yang dibuat berdasarkan prompt teks memberikan bahan baru untuk melatih model AI agar semakin realistis dan canggih. Pendekatan ini sejalan dengan upaya perusahaan mengembangkan perangkat AI bersama Jony Ive meski menghadapi kendala teknis.
Sejumlah analis memprediksi biaya produksi video AI akan turun drastis dalam waktu dekat. Mathivanan memperkirakan ongkos produksi video bisa lima kali lebih murah tahun depan, dan kembali turun tiga kali lipat pada 2027. Penurunan biaya ini diharapkan membuat operasi Sora lebih berkelanjutan dan masuk akal secara finansial bagi OpenAI.
AJ Kourabi dari SemiAnalysis menilai perkiraan biaya saat ini masih masuk akal, namun mengingatkan bahwa angka tersebut dapat meningkat jika proses rendering video membutuhkan perhitungan lebih kompleks. Optimasi teknologi dan efisiensi infrastruktur menjadi kunci untuk menekan pengeluaran operasional perusahaan di masa depan.

