Telset.id – Meningkatnya ancaman kebocoran data dan serangan siber yang didorong kecerdasan buatan (AI) memaksa organisasi di Indonesia untuk mengadopsi pendekatan baru dalam memanfaatkan teknologi cloud. Alih-alih strategi “Cloud-First” yang umum, Zimbra menekankan perlunya pergeseran ke pendekatan “Cloud-Smart” guna menjaga kedaulatan data tanpa mengorbankan kinerja sistem.
Bret Cunningham, Chief Product Officer Zimbra, menjelaskan bahwa perusahaan cloud besar saat ini cenderung mengarahkan pelanggan ke cloud publik sambil mengurangi dukungan untuk solusi on-premises tradisional. “Strategi ini secara signifikan membatasi pilihan bagi organisasi yang diregulasi ketat, seperti pemerintah dan lembaga keuangan, yang menuntut kedaulatan data dan tidak dapat mengambil risiko menempatkan informasi sensitif di lingkungan cloud publik asing,” ujarnya kepada Telset.id.
Pergeseran strategis ini menjadi krusial mengingat risiko kedaulatan digital yang semakin nyata. Cunningham menambahkan bahwa organisasi harus secara strategis memilih platform yang memungkinkan kedaulatan data sesungguhnya, dengan opsi penyimpanan data di lokasi geografis tertentu seperti cloud pribadi atau server on-premises.
Platform Zimbra sendiri dirancang khusus untuk memberikan tingkat kontrol ini. Dibangun dengan arsitektur open-core, platform ini memungkinkan organisasi memiliki kendali penuh atas kepemilikan dan penggunaan data mereka, sekaligus menghindari ketergantungan berlebihan pada vendor tertentu.
Baca Juga:
Pendekatan open-core atau hybrid dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kedaulatan digital organisasi. Model ini menawarkan visibilitas yang lebih baik dibandingkan layanan cloud publik, di mana penyedia layanan memiliki kendali penuh atas infrastruktur dan pengelolaan data.
“Dengan peningkatan serangan ambil alih akun yang didorong oleh AI, perusahaan harus memiliki tingkat kendali pada level yang lebih tinggi,” tegas Cunningham. Ia menekankan bahwa serangan berbasis AI mengandalkan penipuan untuk mengelabui teknologi dan menipu karyawan, sehingga opsi deployment fleksibel seperti on-premise dan cloud pribadi menjadi semakin penting.
Zimbra telah membuktikan komitmennya di Indonesia dengan mendukung organisasi lokal seperti PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dalam mengamankan komunikasi jaringan mereka. Dukungan ini sejalan dengan perkembangan infrastruktur digital nasional, termasuk inisiatif seperti pengembangan hyperscale data center AI di Batam oleh Telkom.
Dalam menghadapi ancaman phishing berbasis AI yang semakin canggih, Cunningham menyarankan pendekatan strategis berlapis yang menggabungkan teknologi dan ketahanan manusia. “Hal ini tidak dapat dicapai dengan penggunaan sistem filter sederhana, melainkan dengan penerapan kerangka kerja holistik,” ujarnya.
Ancaman canggih seperti pengambilalihan akun oleh AI mengandalkan penipuan untuk melewati sistem email lama yang dibangun berdasarkan aturan usang. Organisasi perlu mengadopsi platform yang sejak awal dirancang dengan keamanan berlapis, termasuk pertahanan modern yang dapat mendeteksi dan menetralkan upaya phishing dan Business Email Compromise (BEC) yang canggih.
Tenaga kerja sebagai “human firewall” menjadi elemen kunci dalam pertahanan ini. Cunningham menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan untuk membantu karyawan mengidentifikasi dan melaporkan ancaman secara real-time. Platform Zimbra memiliki kemampuan multi-tenancy yang memberikan visibilitas dan kontrol lebih baik, memungkinkan administrator menerapkan kebijakan dan pengaturan berbeda untuk setiap pengguna.
Langkah fundamental lainnya adalah penerapan protokol otentikasi email yang kuat dan kewajiban Otentikasi Multi-Faktor (MFA) untuk semua akun. “Langkah-langkah ini merupakan standar dasar yang tidak dapat dinegosiasikan, menambahkan lapisan keamanan kritis,” tegas Cunningham.
Dengan jaringan mitra lokal yang kuat, Zimbra berkomitmen memastikan perusahaan-perusahaan di Indonesia mendapatkan keahlian responsif yang sesuai standar pasar. Pendekatan ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat standar perlindungan data nasional di tengah landscape ancaman siber yang terus berkembang.
Sebagai penyedia email dan kolaborasi open-core terbesar di dunia, Zimbra terus berupaya memberdayakan lebih banyak organisasi lokal dengan kendali atas data mereka. Komitmen ini semakin relevan mengingat meningkatnya ancaman yang didorong kecerdasan buatan dan pentingnya menjaga kedaulatan data di era digital.

