Telset.id – Ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan belakangan ini, terutama didorong oleh lonjakan investasi di sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI). Namun, di balik angka-angka gemilang itu, kondisi ekonomi riil masyarakat justru stagnan bahkan cenderung memburuk.
Bursa saham AS terus mencetak rekor baru. Indeks S&P 500 telah mencatat 15 kali penutupan tertinggi sepanjang tahun ini, sementara Nasdaq Composite mencapai 17 kali. Microsoft bahkan menjadi perusahaan kedua dalam sejarah yang mencapai valuasi US$4 triliun, menyusul Nvidia yang lebih dulu mencapainya. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga melampaui ekspektasi.
Tapi, menurut analisis Financial Times, pertumbuhan itu hanya didominasi oleh segelintir raksasa teknologi yang dijuluki “The Magnificent Seven”: Nvidia, Amazon, Google, Tesla, Microsoft, Apple, dan Meta. Tanpa kontribusi mereka, kinerja pasar saham AS sebenarnya stagnan. Analisis CNBC mengungkapkan, 26% pertumbuhan S&P 500 dalam tiga bulan terakhir berasal dari belanja besar-besaran di sektor AI.
Baca Juga:
Dampak AI pada PDB dan Lapangan Kerja
Ekonom Paul Kedrosky memperkirakan, 40% dari pertumbuhan PDB AS sebesar 3% pada kuartal II-2024 berasal dari belanja besar-besaran di sektor AI. Ironisnya, teknologi ini belum membuktikan profitabilitas nyata. Tanpa kontribusi AI, pertumbuhan PDB kuartal I bisa empat kali lebih buruk.
Di sisi lain, laporan lapangan kerja Juli 2024 menunjukkan kondisi yang suram. Peluang kerja semakin sulit ditemukan, pendapatan rumah tangga menurun, dan pengangguran tetap tinggi meski laba korporasi meningkat. Tren ini sebenarnya sudah berlangsung sebelum ChatGPT populer, tetapi AI memperburuk ketimpangan ekonomi.
Kondisi ini mengingatkan pada krisis ekonomi era Presiden Jimmy Carter hampir 50 tahun lalu, ketika monopoli industri menguasai perekonomian. Kini, AI menjadi “penyelamat sekaligus topeng” yang menutupi kerapuhan ekonomi riil.
Seperti diungkapkan dalam artikel AI Generatif Akan Ubah Produktivitas Manusia, Tapi Perlahan, transformasi AI memang berdampak besar, tetapi manfaatnya belum merata ke seluruh lapisan masyarakat.
Ancaman Resesi dan Tarif Trump
Federal Reserve (The Fed) terjepit dalam situasi sulit terkait inflasi. Di saat yang sama, tarif tinggi yang diterapkan mantan Presiden Donald Trump diprediksi akan memicu kenaikan harga barang dan jasa. Kombinasi faktor-faktor ini berpotensi mengurangi daya beli masyarakat di paruh kedua tahun 2024.
Tanpa gelembung AI yang menggelembungkan angka-angka ekonomi, AS sebenarnya berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan segelintir perusahaan teknologi mengancam stabilitas jangka panjang, mirip dengan krisis monopoli industri di masa lalu.
Seperti dilaporkan Lenovo Kuasai Pasar PC Global Q1 2025, Apple Tumbuh 17%, dominasi perusahaan teknologi terus menguat, sementara ekonomi riil masyarakat justru terpuruk.