Telset.id – Bayangkan tidak bisa mengirim pesan ke keluarga saat darurat atau tersesat karena peta digital mati. Itulah kenyataan pahit yang dialami warga Iran pekan ini, setelah pemerintahnya memangkas bandwidth internet hingga 80% sebagai respons atas serangan siber Israel.
Menurut laporan The New York Times dan NBC News, pembatasan masif ini mulai terasa sejak 17 Juni 2025 pukul 5:30 waktu Timur. Perusahaan pemantau jaringan seperti Kentik dan NetBlocks mencatat penurunan drastis konektivitas, menyusul pernyataan resmi pemerintah Iran tentang “stabilitas jaringan di tengah serangan siber musuh”.
WhatsApp Diblokir, Warga Diimbau Hapus Aplikasi
Fatemeh Mohajerani, juru bicara pemerintah Iran, secara terbuka mengakui pembatasan ini sambil mendesak warganya menghapus WhatsApp. Platform pesan tersebut dituduh menjadi alat pengumpulan data untuk Israel. “Ini adalah langkah preventif untuk melindungi kedaulatan digital kami,” tegas Mohajerani.
WhatsApp melalui pernyataan ke AP membantah tuduhan tersebut: “Kami prihatin laporan palsu ini dijadikan alasan pemblokiran saat masyarakat paling membutuhkan layanan kami.” Ironisnya, pembatasan justru mempersulit warga menerima peringatan serangan atau mengkoordinasikan evakuasi – terutama ketika layanan peta seperti Google Maps ikut tak berfungsi.
Baca Juga:
Jaringan Nasional sebagai Alternatif yang Dipertanyakan
Pemerintah mengimbau beralih ke National Information Network (NIN) – infrastruktur internet domestik Iran yang tetap beroperasi penuh. Namun, warga skeptis terhadap keamanan platform pemerintah ini. “Ini seperti memindahkan semua percakapan kita ke ruangan yang diawasi ketat,” ujar seorang aktivis digital yang enggan disebutkan namanya kepada Telset.id.
Pembatasan ini bukan tanpa preseden. Seperti dilaporkan dalam kritik DPR terhadap pembatasan internet di Papua, langkah serupa seringkali mengorbankan hak dasar masyarakat atas nama keamanan nasional. Bedanya, skala pembatasan di Iran kali ini termasuk yang terparah dalam sejarah.
Menariknya, laporan The Verge mengungkap bahwa Iran diduga juga melancarkan serangan balasan. Cybersecurity firm Radware mencatat peningkatan signifikan serangan siber ke Israel pasca serangan udara Iran. Pola serangan mengarah pada aktor negara dan kelompok hacker pro-Iran – yang pernah terlibat peretasan data pemilu AS sebelumnya.
Seperti dikhawatirkan dalam analisis pertumbuhan internet Indonesia, pembatasan akses berpotensi menghambat perkembangan digital suatu negara. Di Iran, dampaknya lebih langsung: memutus tali komunikasi warga di tengah eskalasi konflik yang makin panas.