Pernahkah Anda merasakan sakit kepala berdenyut setelah menatap layar smartphone terlalu lama? Atau mata terasa kering dan berkedut usai scrolling media sosial berjam-jam? Jika iya, Anda tidak sendirian. Sebuah studi di Journal of Clinical Neurology menyebut 60% pengguna smartphone mengalami gejala digital eye strain, dengan 30% di antaranya memicu migrain.
Megan Ellis, jurnalis teknologi di Android Authority, berbagi pengalaman personalnya. Didiagnosis migrain kronis sejak 2022, ia menemukan smartphone sebagai salah satu pemicu utama. “Layar terang sering memperburuk gejala neurologis saya—mual, sensitivitas cahaya, hingga sulit berkonsentrasi,” tuturnya. Namun, lima perubahan sederhana berhasil mengurangi dampaknya secara signifikan.
Yang menarik, solusi ini tak hanya bermanfaat bagi penderita migrain. Siapa pun yang kerap berinteraksi dengan layar bisa merasakan perbedaannya. Mari kita kupas satu per satu.
1. Aktifkan Dark Mode Secara Permanen
Dark mode bukan sekadar tren estetika. Bagi pengidap migrain seperti Megan, ini adalah kebutuhan aksesibilitas. “Saya sekarang menggunakan dark mode sebagai default di semua perangkat, bahkan di siang hari,” ujarnya. Beberapa smartphone seperti Oppo Reno 10 Pro+ bahkan menawarkan tiga tingkat kegelapan—Enhanced, Medium, dan Gentle.
Enhanced mode dengan latar hitam pekat menjadi pilihan ideal untuk mengurangi stimulasi cahaya. Pastikan aplikasi pihak ketiga juga mengikuti pengaturan ini. “Beberapa aplikasi seperti Chrome tidak otomatis beralih, jadi saya harus menyesuaikan manual di pengaturan masing-masing,” tambah Megan.
2. Manfaatkan Eye Comfort Mode
Filter cahaya biru (blue light) telah lama dikenal sebagai solusi mengurangi kelelahan mata. Fitur bernama Eye Comfort, Eye Protection, atau Night Light—tergantung merek smartphone—kini lebih canggih dengan penyesuaian suhu warna. “Saya mengatur ke tingkat paling hangat dan mengaktifkannya sepan hari, bukan hanya malam,” jelas Megan.
Meski mengubah akurasi warna foto, efeknya terhadap kenyamanan mata sangat signifikan. “Butuh 1-2 hari untuk beradaptasi, tapi setelahnya mata tidak lagi berair atau berkedut,” katanya. Ini relevan dengan temuan Harvard Medical School bahwa paparan blue light berlebihan dapat mengganggu ritme sirkadian.
Baca Juga:
3. Ganti Browser dengan Fitur Dark Mode Paksa
Masalah muncul ketika mengunjungi situs web yang hanya mendesain tema terang. “Saya akhirnya beralih dari Chrome ke Brave karena bisa memaksa dark mode di semua halaman,” ungkap Megan. Fitur ini tersedia di menu Appearance > Night Mode pada Brave.
Solusi ini terutama berguna untuk aktivitas membaca konten panjang seperti berita atau resep masakan. “Latar putih dengan teks hitam ibarat menyorotkan senter langsung ke mata saat migrain menyerang,” analoginya. Beberapa browser lain seperti Firefox juga menawarkan ekstensi serupa.
4. Nonaktifkan Adaptive Brightness
Fitur kecerahan otomatis (adaptive brightness) seringkali terlalu agresif bagi pengidap fotofobia (sensitif cahaya). “Saya mematikannya dan mengatur kecerahan manual di angka 0% saat malam,” jelas Megan. Meski kurang praktis saat berpindah lokasi, kontrol manual mencegah layar tiba-tiba menjadi terlalu terang.
Kiat tambahan: gunakan widget brightness control untuk akses cepat. “Saya sudah hafal gerakan jari untuk menyesuaikan brightness tanpa harus melihat slider,” tambahnya. Ini sejalan dengan penelitian University of Toledo bahwa fluktuasi kecerahan layar dapat memicu ketegangan otot mata.
5. Maksimalkan Refresh Rate Layar
Motion sickness adalah gejala migrain yang jarang disadari. “Gerakan scroll yang tersendat (stutter) bisa memicu mual,” papar Megan. Solusinya? Aktifkan refresh rate maksimal (biasanya 90Hz atau 120Hz) untuk animasi yang lebih halus.
Sayangnya, solusi ini tidak berlaku untuk konten video dengan rekaman goyang. “Saya tetap harus menghindari video shaky cam saat migrain,” akunya. Namun untuk aktivitas normal seperti membaca atau membalas chat, refresh rate tinggi sangat membantu.
Kelima perubahan ini tidak hanya mengurangi frekuensi migrain Megan, tapi juga memungkinkannya tetap menggunakan smartphone saat gejala ringan muncul. “Sekarang saya bisa membalas pesan penting meski sedang berbaring di kamar gelap,” tutupnya. Bagi Anda yang sering mengalami mata lelah atau sakit kepala akibat smartphone, tak ada salahnya mencoba tips ini secara bertahap.