Jakarta – Sebuah perangkat komunikasi, terutama smartphone yang dijual oleh para produsen haruslah memenuhi beberapa kriteria persyaratan dari badan regulasi sebelum dilepas kepasaran. Seperti halnya FCC, sebuah lembaga indepen asal Amerika ini, telah menetapkan bahwa sebuah smartphone tidak boleh melebihi ‘Spesific Absorption Rate (SAR)” yang ditetapkan.
Dalam aturan regulasi Amerika sendiri, setiap smartphone haruslah memenuhi tingkat SAR yang kurang dari 1,6 watt per kilogramnya. Namun demikian, berbeda halnya dengan setiap negara yang ada, seperti Uni Eropa dan Autralia yang menetapkan batasan 2,0 watt per kilogram.
Meski sebenarnya, aturan ini bukanlah juga sebagai pernyataan bahwa perangkat yang memiliki SAR dibawah ketetapan regulasi tetap aman digunakan. Aturan ini dibuat, hanya untuk melindungi dan memberikan antisipasi, agar tidak memberikan dampak yang terlalu tinggi terhadap konsumen.
Seperti telsetNews kutip dari laman cnet, Kamis (19/06) yang menyatakan bahwa perangkat dengan level SAR tertinggi bukanlah berarti bahaya, namun juga tidak serta merta menyatakan bahwa ponsel rendah secara inheren lebih aman.
Dikarenakan bahwa energi frekuensi radio dalam sebuah perangkat komunikasi, dapat meyebabkan risiko lebih tinggi terkena kanker. Meskipun demikian, banyak juga peneliti yang silang pendapat tentang ini, dan masih terus mengkajinya berulang.
Namun, beberapa peneliti setuju, bahwa radiasi akan frekuensi radio yang dipancarkan ponsel maupun smartphone masih dapat diminimalisir dengan cara menjaga jarak. Karena, hal ini dimungkinkan terjadi, karena bahan dan kandungan dari smartphone itu sendiri.
Laman Cnet.com juga telah menyimpulkan beberapa smartphone yang memiliki radiasi tinggi dan cara mengatisipasi jarak yang baik untuk digunakan. Berikut adalah daftar smartphone yang mempunya SAR tertinggi menurut Cnet.
Google Nexus 5
Nexus 5 menjadi smartphone dalam daftar teratas yang memiliki SAR tertinggi, dan dikatakan juga bahwa tingkat SAR yang tinggi, kemungkinan besar berasal dari kuatnya koneksi dan bagian belakang ponsel. Namun, FCC/ IC RF menyaratkan bahwa smartphone ini bisa aman digunakan dalam jangkauan jarak pemakaian sejauh 1 cm. Dimana jarak tersebut diklaim cukup aman untuk tubuh dan otak belakang pengguna.
Samsung Galaxy 5
Meski memiliki beragam fitur kesehatan, bukan berarti Galaxy S5 memiliki tingkat keamanan yang akurat. Namun demikian, Galaxy S5 telah lolos dalam tahap uji coba dan pemaparan RF FCC dengan persyaratan penggunaan. Perangkat ini dikatakan aman, bila digunakan dengan aksesoris, tanpa harus digunakan langsung menyentuh indera pendengaran. Disyaratkan juga, bahwa Samsung Galaxy S5 akan aman digunakan jika disertakan dengan aksesoris yang tidak mengandung logam dan sekaligus menjaga posisi perangkat dalam jarak 1 cm jauh dari tubuh.
iPhone 5S
Untuk mengurangi paparan energi RF, iPhone 5S baru aman digunakan jika pemakainya menyertakan dengan headset maupun mengatifkan loudspeaker yang terintegrasi dalam tubuhnya. Setidaknya, Cnet menginfokan bahwa iPhone 5S baru bisa aman digunakan, jika pemakainya benar-benar menjaga jarak minimum hingga 5mm jauh dari tubuh.
Memang, hingga sampai saat ini, belum ada bukti otentik bahwa sebuah ponsel bisa meyebabkan efek kesehatan manusia menjadi rusak. Meskipun sebenarnya, banyak keyakinan bahwa semua perangkat elektronik, pastilah memiliki dampak negatif pada tubuh.
Dan hal itu terbukti pada tahun 2009 lalu, dimana sebuah badan penelitian di National Institute of Health telah menemukan bahwa metabolisme glukosa dalam otak manusia bisa meningkat, dikarenakan otak manusia terlalu dekat dengan antena ponsel yang aktif.
Namun setidaknya, hal ini bisa menjadi perhatian bagi pembaca semua, bahwa ada hal yang harus diperhatikan dan dicermati dalam penggunaan smartphone untuk mengatisipasi apapun daari dampak yang ditimbulkan ponsel. (wnh/hz)