Telset.id, Jakarta – Tak kurang dari 1.600 karyawan desak Google hentikan kerja sama dengan polisi. Desakan itu dilayangkan lewat sebuah petisi kepada CEO perusahaan, Sundar Pichai. Apa penyebabnya?
Para karyawan membuat petisi seiring protes terhadap kebrutalan polisi dan rasisme sistemik di seluruh negara bagian di Amerika Serikat (AS) setelah kematian George Floyd, warga kulit hitam yang meninggal dunia saat ditahan polisi. Alhasil, karyawan pun desak Google hentikan kerja sama dengan polisi.
Menurut New York Post, seperti dikutip Telset.id, Kamis (25/6/2020), sebuah petisi kepada Pichai mulai beredar Rabu (24/6/2020) waktu setempat, menyerukan perusahaan untuk menghentikan penjualan semua produk kepada polisi.
{Baca juga: Kecam Rasialisme, Bos Apple Kutuk Pembunuhan George Floyd}
“Orang-orang AS bergulat dengan warisan sejarah perbudakan dan genosida sebagai dasar pembentukan negara. Kini, polisi berperan dalam mempertahankan sistem supremasi kulit putih yang fundamental,” begitu isi petisi.
Google memang tidak asing dengan perbedaan pendapat para karyawan mengenai hubungan dengan penegak hukum dan militer AS. Pada 2018, beberapa karyawan mengundurkan diri dan sebagian meminta Pichai menghentikan program AI.
Kala itu, Google menggarap program AI militer nan kontroversial yang dikenal sebagai Project Maven. Beberapa karyawan melakukan pemogokan besar-besaran pada November 2018, memprotes pelecehan seksual dan ketidaksetaraan ras.
Google tidak sendirian dalam bermitra dengan penegak hukum atau militer. Salesforce memiliki kontrak dengan Customs and Border Patrol. Amazon baru-baru ini memberlakukan larangan satu tahun untuk menjual teknologi ke polisi.
{Baca juga: Facebook, Snapchat, dkk Kutuk Kasus Rasisme George Floyd}
Sementara itu, CEO Apple Tim Cook mengecam kasus rasialisme yang melibatkan Floyd. Bos Apple itu mengungkapkan rasa prihatinnya dan mengutuk keras kejadian yang menimpa pria itu. Dia bahkan menulis surat elektronik dan dikirmkan ke seluruh karyawannya.